TajukNasional – Lembaga Indo Riset Strategis merilis hasil survei terbaru terkait Pemilihan Wali Kota Semarang 2024. Hasil survei ini menunjukkan bahwa elektabilitas atau keterpilihan Yoyok Sukawi menempel ketat pada Mbak Ita (Hevearita Gunaryanti), yang saat ini unggul dalam survei.
Dalam survei tersebut, Mbak Ita mendapatkan 38,4 persen suara, sementara Yoyok Sukawi, Anggota Komisi X DPR RI, memperoleh 34,0 persen suara. Calon lain, seperti Soemarmo HS dan Iswar Aminudin, masing-masing hanya mendapatkan 4,8 persen dan 1,5 persen suara.
Adapun untuk bakal calon wali kota lainnya, Ade Bhakti memperoleh 32,2 persen suara, Adi Setyawan 4,8 persen, KH Anasom 4,21 persen, dan Arnaz Agung 4,01 persen.
Survei ini dilakukan terhadap 544 responden di 16 kecamatan Kota Semarang. Responden yang dilibatkan sudah memiliki hak pilih, berusia 17 tahun atau sudah menikah. Metodologi survei ini menggunakan penarikan sampel dengan metode multi stage random sampling, dengan margin of error sebesar 4,08 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Pengamat politik Universitas Wahid Hasyim Semarang, Joko J. Prihatmoko, menilai bahwa Yoyok Sukawi masih berpotensi menyalip elektabilitas Mbak Ita. Ada sejumlah indikator yang menguatkan hal tersebut. Pertama, meskipun spanduk Yoyok sangat langka, elektabilitasnya tetap mendekati petahana.
“Tidak banyak saja, sudah sangat tinggi. Calon lain ada yang di pojok-pojok RT, atas nama relawan dan lain-lain,” ujarnya.
Kedua, faktor popularitas yang sangat tinggi turut berperan dalam meningkatkan elektabilitas Yoyok Sukawi. Putra mantan Wali Kota Semarang, Sukawi Sutarip, itu berhasil meraih 97 ribu suara khusus Kota Semarang dalam Pemilu Legislatif 2024. “Itu modal yang bagus sekali naikkan elektabilitas,” tambah Joko.
Ketiga, Yoyok Sukawi memiliki kontribusi nyata dalam membesarkan nama Kota Semarang melalui PSIS. “Punya akses banyak di luar dan juga punya sumber daya. Itu kontribusi nyata,” kata Joko.
Menurut survei, mayoritas responden yang memilih Yoyok Sukawi berusia produktif, di bawah 50 tahun. Sementara itu, pemilih Mbak Ita didominasi oleh usia di atas 60 tahun. “Artinya usia produktif ini punya efek. Usia produktif punya relasi ke mana-mana, ini tak nampak tapi bisa membesarkan suara,” ucap Joko.
Dengan sisa waktu empat bulan menjelang Pilwalkot, Yoyok Sukawi masih memiliki cukup waktu untuk sosialisasi selama kampanye dengan dua pendekatan yang tepat. Pertama, pendekatan demografi untuk memahami tren masyarakat Semarang. Kedua, pendekatan psikografi untuk mengenal karakter dan kepribadian masyarakat Semarang, yang menjunjung tinggi kehormatan dan nilai-nilai sosial.
“Yoyok Sukawi punya profil itu. Bicara boso dengan yang lebih tua, dan sopan,” jelas Joko.
“Dengan sosialisasi yang efektif, Yoyok berpotensi memenangi Pilwalkot,” tambahnya.
Dengan berbagai faktor tersebut, Yoyok Sukawi masih memiliki peluang besar untuk meraih kemenangan dalam Pilwalkot Semarang 2024. Dukungan dari usia produktif dan pendekatan kampanye yang tepat dapat menjadi kunci sukses bagi Yoyok dalam pemilihan nanti.