TajukPolitik – Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar AS. Pemerintah sempat melakukan upaya penguatan, tapi tidak terlalu signifikan.
“Sorean sebelum tutup, diintervensi BI, kuat dikit. Besoknya melemah lagi,” kecewa begawan ekonomi Rizal Ramli di akun Twitter-nya, Senin (17/10/2022).
Ia pun meminta Gubernur BI Perry Warjiyo, untuk mengingatkan pemerintah untuk tidak jor-joran terkait pengeluaran dan utang.
“Sayang kan cadangan devisa diawur-awur untuk menopang rupiah yang rentan karena kebanyakan utang,” sambung dia.
Rizal pun mengingatkan pesannya saat Perry datang ke rumahnya pada bulan Maret 2018. Saat itu, RR diminta menjadi tenaga ahli tim fit and proper test DPR pemilihan Gubernur BI.
RR hanya berpesan, jika Perry terpilih jadi Gubernur BI, maka harus berani meminta Pemerintah atau Menkeu untuk tidak ugal-ugalan dalam bidang fiskal.
“Berani ndak ya?,” tanya Rizal.
Nilai tukar rupiah merosot melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu, hingga menyentuh level terlmah dalam 2,5 tahun terakhir. Tekanan bagi rupiah masih besar di pekan ini, dan ada risiko ‘gerbang neraka’ menuju Rp 16.000/US$ akan terbuka.
Melansir data Refintiv, rupiah sepanjang pekan lalu melemah 1,15 % ke Rp 16.425/US$. Mata Uang Garuda sudah melemah dalam 5 pekan beruntun.
Tekanan bagi rupiah masih datang dari eksternal. Bank sentral AS (The Fed) yang akan terus agresif menaikkan suku bunga, serta isu resesi dunia menjadi kombinasi sempurna yang membuat dolar AS sangat perkasa.
Sementara itu dari dalam negeri di pekan ini ada Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneternya pada Kamis (20/10/2022). Saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) September lalu, BI memberikan kejutan dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25%.
Pelaku pasar tentunya akan menanti apakah BI akan kembali menaikkan suku bunga melihat nilai tukar rupiah yang terus mengalami tekanan, serta capital outflow di pasar obligasi. Jika BI tidak menaikkan suku bunga, maka rupiah hampir pasti akan tertekan. Sementara jika Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega kembali menaikkan suku bunga, pelemahan rupiah bisa diredam sementara, tergantung seberapa besar kenaikannya.
Selain itu pada Senin (17/10/2022) akan dirilis data neraca perdagangan. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada September sebesar US$ 4,85 miliar. Surplus jauh lebih rendah dibandingkan Agustus 2022 yang mencapai US$ 5,76 miliar.