TajukNasional Menteri Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menekraf/Kabekraf), Teuku Riefky Harsya, bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Kebudayaan (Menko PMK), Abdul Muhaimin Iskandar, di Ruang Rapat Menko PMK pada Kamis (30/1/2025).
Dalam pertemuan tersebut, Menekraf Riefky dan Menko PMK yang akrab disapa Cak Imin membahas pemanfaatan Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN) untuk mempercepat pengentasan kemiskinan ekstrem.
Pemanfaatan DTSEN bertujuan untuk menyatukan berbagai data yang selama ini tersebar di berbagai instansi pemerintah, sehingga dapat digunakan secara efektif dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi kebijakan.
“Kolaborasi antar-kementerian dalam pemanfaatan DTSEN sangat penting sebagai konsep pengelolaan data terpadu. DTSEN akan fokus pada data sosial ekonomi setiap warga negara dengan klasifikasi tingkat kesejahteraan sosial,” ujar Menekraf Riefky, dikutip dari siaran pers Kemenekraf, Sabtu (1/2/2025).
Menekraf Riefky menambahkan bahwa kerja sama antar-instansi pemerintah dalam berbagi data bertujuan untuk mencapai pengentasan kemiskinan ekstrem yang lebih efektif.
“Hubungan antara DTSEN dan Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) sangat erat. DTSEN berfungsi sebagai basis data utama dalam mendukung pelaksanaan program P3KE. Mengingat sebagian besar pelaku ekonomi kreatif memiliki potensi berdaya dan mandiri, Kemenekraf akan berfokus pada fasilitasi penguatan keterkaitan hulu dan hilir dari rantai nilai yang diciptakan oleh para pelaku ekraf,” tambahnya.
Menko PMK Cak Imin menyambut baik kolaborasi ini. Menurutnya, DTSEN memiliki lima indikator kemiskinan, yaitu kultural, struktural, relatif, absolut, dan ekstrem. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin ekstrem di Indonesia mencapai 3,1 juta jiwa.
“Untuk mengatasi kemiskinan ekstrem, kita akan menerapkan tiga strategi utama. Pertama, meningkatkan bantuan khusus. Kedua, memberikan akses pelatihan bagi kelompok usia produktif guna meningkatkan keterampilan mereka. Ketiga, mendorong kemandirian ekonomi sehingga mereka dapat keluar dari kategori miskin ekstrem,” jelas Cak Imin.