TajukPolitik – Netizen memberikan kritik tajam kepada Megawati Soekarnoputri bersama Ketua DPR RI Puan Maharani mendatangi lokasi tragedi Itaewon yang berada di Kota Seoul, Korea Selatan, Kamis (10/11) bertepatan dengan 40 hari tragedi Kanjuruhan.
Baik Megawati maupun Puan masing-masing menyerahkan buket bunga bela sungkawa untuk korban tragedi Itaewon.
Tak hanya memberikan buket bunga bela sungkawa, keduanya juga menuliskan ucapan duka cita.
“Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas musibah yang terjadi,” tertanda Puan Maharani Ketua DPR RI.
“Dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai Ketua Umum, saya dan para anggota partai menyampaikan duka cita yang sedalam-dalamnya atas tragedi di sini (Itaewon),” tertanda salam hangat kami Ketua Umum PDI Perjuangan.
Kedatangan Megawati dan Puan Maharani di lokasi tragedi Itaewon sendiri sudah dipersiapkan oleh protokoler DPR, KBRI, serta pihak Korea Selatan. Momen Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani mendatangi lokasi tragedi Itaewon dengan cepat menyebar di media sosial.
Salah satunya dibagikan oleh akun Instagram undercover.id. Dalam unggahan undercover.id tentang momen Megawati dan Puan mendatangi lokasi tragedi Itaewon tak lepas dari sindiran netizen.
Tak sedikit netizen yang menyayangkan sikap Megawati dan Puan memilih datang ke lokasi tragedi Itaewon daripada di Stadion Kanjuruhan, Malang. Sebagaimana diketahui sempat ada tragedi yang menelan ratusan korban juga di Stadion Kanjuruhan, Malang.
“Malang lebih dekat daripada korea bu,” komentar seorang warganet.
“Padahal ada kejadian serupa di negara sendiri, tapi kagak pernah muncul,” ujar yang lain.
“Datang ke Kanjuruhan kagak? Kocak luh berdua,” tanggapan lainnya.
“Astaghfirullah (emoji tertawa) Kanjuruhan woi dekat, itu batam pelamar kerja pada pingsan karena berdesak desakan butuh kerjaan. Emang dasar,” sindir warganet yang lain.
Sementara itu, Puan Maharani dalam postingan terbarunya di lokasi tragedi Itaewon menyinggung pula soal tragedi Kanjuruhan. Ketua DPR RI ini menjadikan dua tragedi tersebut sebagai pembelajaran terkait standar operasional untuk penyelenggaraan avara-acara yang mengundang kerumunan.
“Kita pun harus belajar dan bebenah, terutama pasca musibah serupa di Stadion Kanjuruhan, Malang. Ke depan harus ada standar operasional yang ketat untuk acara-acara yang mengundang kerumunan, memperkuat manajemen pengendalian massa juga langkah preventif mencegah kapasitas yang berlebih mengantisipasi euphoria masyarakat pasca-pandemi.” ungkap Puan Maharani seperti dikutip oleh tajuknasional.com, Kamis (10/11).