TajukPolitik – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengkritik komitmen pemerintah yang tak pakai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam mega proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Menurut AHY, komitmen tersebut justru dilanggar oleh pemerintah.
Nyatanya, pemerintah kini mulai mengalokasikan penyertaan modal negara hingga triliunan dari APBN untuk proyek tersebut.
“Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung belakangan ini telah diputuskan adanya alokasi penyertaan modal negara dari APBN triliunan rupiah. Padahal pada awalnya pemerintah berjanji tidak mengambil satu sen pun dari APBN dan nilai proyeknya pun membengkak dan semakin membengkak dari skema perhitungan awal,” kata AHY dalam pidato kebangsaan di JCC, Jakarta, Jumat (16/9/2022).
AHY meminta pemerintah lebih matang sebelum membuat proyek yang menggunakan anggaran negara. Apalagi, kini anggaran proyek tersebut semakin membengkak.
“Demokrat menyarankan agar dalam membangun mega proyek dan perencanaan harus matang sehingga tidak mudah berubah di tengah jalan yang bisa sangat merugikan keuangan negara,” ungkap AHY.
Lebih lanjut, AHY menyatakan bahwa keputusan yang tak tepat itu dikhawatirkan pemerintah akan kembali menambah utang negara. Dia bilang, proyek infrastruktur tidak boleh didanai dari utang.
“Indonesia tentu tidak boleh terus menerus menambah hutangnya juga sangat tidak bijaksana bila negara banyak ini didanai oleh utang dan utang ini justru akan menambah beban fiskal kita,” pungkasnya.
Dikutip dari Kompas.com, biaya KCJB membengkak menjadi 8 miliar dolar AS atau Rp 114,24 triliun di mana sebelumnya direncanakan pembiayaannya sebesar 6,07 miliar dolar AS yang sama dengan Rp 86,5 triliun.
Menurut Direktur utama PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo ada beberapa hambatan sehingga biaya KCJB menjadi bengkak.
Diantaranya adalah biaya pembebasan lahan yang naik, enginering, procurement, construction (EPC), relokasi jalur dan biaya lainnya sehingga terjadilah pembengkakan.
“Sejak awal di pembebasan lahan ini antara 100 juta dollar AS sampai 300 juta dollar AS, yang besar juga EPC ini di angka 600 juta dollar AS sampai 1,2 miliar dollar AS, relokasi jalur-jalur kemudian biaya financing cost sendiri,” ujarnya pada 6 Juli 2022 lalu.