TajukNasional Kementerian Transmigrasi mengajak keluarga besar transmigran yang tergabung dalam Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI) untuk bersinergi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan warga transmigran serta memperkuat pembangunan ekonomi di daerah transmigrasi.
Menteri Transmigrasi, M. Iftitah Sulaiman, mengungkapkan ajakan tersebut saat menerima kunjungan Ketua Umum PATRI beserta jajaran pengurus di kantor Kementerian Transmigrasi, Kalibata, Jakarta Selatan, pada Rabu (13/11).
Dalam pertemuan ini, Ketua Umum PATRI, Sunu Pramono Budi, menyematkan pin PATRI pada Menteri Iftitah sebagai bentuk simbolis dukungan PATRI terhadap program-program kementerian. “Dengan pin ini, Bapak Menteri adalah panglima kami, keluarga besar transmigran,” ujar Sunu. “Kami siap mendukung segala kebijakan dan program yang Bapak laksanakan,” lanjutnya.
Menteri Iftitah menjelaskan paradigma baru dalam kebijakan transmigrasi, yang berfokus pada pengembangan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitar melalui pendekatan inklusif dan kolaboratif. “Kita tidak ingin transmigrasi hanya bergantung pada anggaran pemerintah. Kita perlu mendorong kemandirian dengan bekerja sama dengan berbagai pihak,” tegas Menteri Iftitah.
Salah satu bentuk kolaborasi yang direncanakan adalah bekerja sama dengan universitas untuk menganalisis potensi kawasan, sehingga setiap kawasan transmigrasi dapat mengembangkan produk unggulan yang spesifik.
Selain itu, Menteri Iftitah juga menjelaskan rencana integrasi antara program transmigrasi dan program Komponen Cadangan (Komcad) dari Kementerian Pertahanan, yang disambut positif oleh pengurus PATRI. Banyak anggota PATRI merupakan keluarga dari transmigran yang juga purnawirawan TNI dan Polri, sehingga ada potensi sinergi yang baik dalam program ini. “Kita ingin melibatkan transmigran dalam upaya bela negara, dengan tetap berfokus pada kesejahteraan mereka,” tambah Menteri.
Menteri Iftitah menekankan bahwa paradigma baru transmigrasi bukanlah sekadar pemindahan penduduk, tetapi menitikberatkan pada asimilasi dan akulturasi budaya. “Fokus kita bukan Jawanisasi, melainkan membangun masyarakat yang harmonis melalui integrasi budaya,” jelasnya.
Dalam rangka menjaga keberlanjutan kawasan transmigrasi, Menteri Iftitah mengingatkan pentingnya pelestarian lingkungan dan revitalisasi kawasan. “Revitalisasi diperlukan agar kekayaan sumber daya alam tetap lestari dan bisa dinikmati oleh generasi mendatang,” ujarnya. Menurut Menteri, program revitalisasi ini menjadi sangat penting terutama di wilayah-wilayah di Indonesia Timur yang memiliki potensi besar namun belum sepenuhnya dikembangkan.
“Kita harus memastikan ekonomi berkembang tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi juga di daerah lain, terutama di Indonesia Timur. Revitalisasi kawasan, seperti di Papua, bertujuan untuk menarik lebih banyak masyarakat agar terlibat, sehingga kita bisa membangun pusat-pusat ekonomi baru,” lanjut Menteri Iftitah.
Ia juga menambahkan bahwa pendekatan bottom-up akan diterapkan, yakni dengan mengidentifikasi potensi ekonomi setiap kawasan transmigrasi. Tidak hanya sektor pertanian, sektor lain seperti perikanan dan perkebunan juga akan diperkuat sesuai potensi lokal.
Pengembangan kawasan transmigrasi ini juga diharapkan dapat mempercepat pembangunan infrastruktur strategis nasional yang kini mulai tersebar di berbagai wilayah, bahkan hingga pelosok Indonesia. Menurut Menteri Iftitah, transmigrasi dengan paradigma baru ini tidak hanya bertujuan mengatasi ketimpangan, tetapi juga berperan penting dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta meningkatkan daya saing bangsa.
“Kami optimistis, sinergi dengan PATRI dan berbagai pihak akan membawa dampak positif bagi masyarakat transmigran, baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun budaya. Kami berharap dengan adanya sinergi ini, transmigrasi bisa menjadi pilar utama dalam pembangunan dan pemerataan ekonomi di Indonesia,” pungkasnya.