TajukPolitik – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia ke-13, Hatta Rajasa, saat menyampaikan orasi ilmiah usai diberikan gelar honoris causa oleh Institute Teknologi Bandung (ITB), pada 25 November 2019 lalu, bercerita tentang peran Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat krisis ekonomi global melanda Indonesia pada tahun 2008.
Hatta menjelaskan bahwa kala itu Amerika mengalami krisis keuangan yang parah. Hal itu memberikan dampak yang luas dan membuat banyak negara yang terkena imbas.
Menurutnya, pemerintahan SBY sukses membuat kebijakan publik yang bisa meredam dampak krisis global di Indonesia. Hasilnya, ketika terjadi krisis pada 2008, Indonesia tidak seperti negara lain yang terdampak krisis ekonomi global.
Dengan fundamental ekonomi yang cukup kuat, Indonesia dapat menjaga perekonomian dalam kondisi stabil, sehingga ketika krisis keuangan global datang, Indonesia mampu bertahan dari dampak yang lebih dalam.
Dalam orasi ilmiahnya tersebut Hatta menggarisbawahi soal kebijakan publik era SBY. Hatta menjelaskan bahwa tugas pemerintah adalah membuat kebijakan publik, menyediakan barang untuk dikonsumsi, serta memberikan pelayanan publik.
“Jadi, bukan karena pemerintahannya kuat sehingga efektif, namun karena kebijakan publik yang unggul dan didukung rakyat. Baik atau buruknya seperangkat keputusan tersebut sangat menentukan tinggi-rendahnya kinerja pembangunan negara. Kebijakan publik adalah kunci dari keunggulan ataupun kegagalan suatu bangsa,” ungkap Hatta Rajasa.
Diketahui, salah satu strategi kebijakan publik yang dilakukan pemerintahan SBY dalam menekan dampak krisis ekonomi global adalah dengan memperbesar alokasi subsidi energi.
Berdasarkan lokadata.beritagar.id, pada 2004, besar subsidi energi adalah 13,7% dari APBN dengan tingkat inflasi 6,4%. Ketika inflasi meningkat hingga 17,11% di 2005, alokasi subsidi diperbesar menjadi 22,7% di 2008. Hasilnya inflasi berhasil drop ke angka 2,78% di 2009.
Ketika inflasi kembali naik menjadi 8,36% di 2014,pemerintah pun kembali menaikkan persentasi subsidi energi menjadi 19,20% di 2014, hasilnya pada November 2014 inflasi bisa ditekan ke angka 1,31 persen.
(dcn)