TajukNasional Pengaruh Jokowi di pemerintahan diperkirakan akan semakin memudar setelah Presiden Prabowo Subianto mengambil alih kepemimpinan.
Beberapa analis menyebutkan bahwa loyalis Jokowi yang saat ini berada dalam Kabinet Merah Putih akan semakin terpinggirkan.
Terutama, hubungan yang tegang antara Jokowi dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) diyakini akan menguntungkan Prabowo dan partainya, Gerindra.
Pengamat politik Citra Institute, Yusak Farchan, menilai bahwa ketegangan yang terjadi antara Jokowi dan PDIP dapat menjadi peluang bagi Gerindra untuk menjalin kerja sama dengan PDIP.
“Saya meyakini Prabowo akan menjadi dirinya sendiri dan tidak lagi berada dalam bayang-bayang Jokowi. Dalam situasi ini, Prabowo membutuhkan dukungan PDIP untuk memperkuat stabilitas pemerintahannya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Yusak menyebutkan bahwa pernyataan Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya saat HUT ke-52 PDIP, yang menegaskan tidak ada permusuhan dengan Prabowo, menjadi sinyal positif bagi kemungkinan kerja sama antara keduanya.
“Mega tidak pernah ada masalah dengan Prabowo secara prinsipil, jadi ini mempermudah keduanya bekerja sama,” tambahnya.
Sementara itu, PDIP diperkirakan tidak akan menerima tawaran bergabung ke pemerintahan jika pengaruh Jokowi masih ada di dalam kabinet.
Namun, keinginan Prabowo untuk membangun pemerintahan yang lebih kuat dan stabil, serta menjauhkan dirinya dari pengaruh Jokowi, memberikan peluang besar bagi PDIP untuk bergabung.
Yusak juga mencatat bahwa potensi reshuffle kabinet dapat menjadi langkah Prabowo untuk memperkuat posisinya, sekaligus mengurangi pengaruh Jokowi.
“Jika Prabowo melakukan ‘bersih-bersih’ di kabinet, termasuk memecat menteri-menteri yang dianggap dekat dengan Jokowi, PDIP akan lebih nyaman bergabung,” katanya.
Bahkan, menurut Yusak, masalah hukum yang melibatkan beberapa anggota kabinet, termasuk dugaan korupsi atau isu etika, dapat menjadi pintu masuk bagi Prabowo untuk melakukan perombakan.
