TajukPolitik – Pengamat politik dari Trias Politika Agung Baskoro menilai Partai NasDem agak sulit didepak dari koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), terkait pernyataan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto pada Minggu (9/10/2022) kemarin.
Agung mengatakan, walaupun Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden 2024 dan berusaha membangun koalisi dengan 2 oposisi, yakni Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jokowi dinilai tetap membutuhkan peran mereka di kabinet.
Menurut Agung pemerintahan Jokowi saat ini justru membutuhkan dukungan yang solid guna menghadapi ancaman resesi ekonomi akibat situasi geopolitik.
“Mengeluarkan Nasdem dari kabinet harus diakui bukan solusi, karena ini justru semakin memperkuat barisan oposisi,” kata Agung saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/10/2022).
Selain itu, kata Agung, hubungan Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh selam ini juga baik. Hal itu dibuktikan dengan dukungan Nasdem kepada Jokowi sejak Pilkada DKI Jakarta pada 2017 dan Pilpres 2014 serta 2019.
Sehingga ujian atas hubungan personal Surya Paloh dengan Presiden Jokowi akan tampak ketika akhirnya Nasdem tetap di kabinet atau keluar dari kabinet
Agung menyampaikan hal itu terkait pernyataan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto pada Minggu (9/10/2022) kemarin.
Di sela-sela peringatan HUT TNI di kantor DPP PDI-P di Jakarta, Hasto kemudian menunjuk lukisan yang menggambarkan banyak orang sedang merobek bendera warna biru dari bendera Belanda. Dia pun menyinggung warna biru yang dirobek itu.
“Ya, biru itu dulu warna Belanda. Kalau sekarang kan ada warna biru lainnya juga ya. Anies kan banyak warna biru,” tuturnya.
Lebih jauh, Hasto menyebut ‘biru’ itu kini juga terlepas dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Para pejuang kita kan ada bendera Belanda, birunya dilepas. Dan ternyata birunya juga terlepas kan dari pemerintahan Pak Jokowi sekarang, karena punya calon presiden sendiri,” kata Hasto.
Namun, Hasto enggan menyebut secara gamblang siapa ‘biru’ yang dimaksud. Dia hanya mengatakan bahwa terkadang apa yang terjadi di masa lalu bisa terjadi di masa depan.
“Itu arahnya perspektif historis, menginspirasi masa kini dan akan merancang masa depan,” imbuhnya.
Agung juga menilai wajar jika pernyataan Hasto dianggap sebagai bentuk peringatan terkait bakal terjadi perombakan kabinet.
Sebab berbagai peristiwa politik yang menyedot perhatian pada pekan lalu dinilai masih mempunyai benang merah.
“Kemungkinan sinyal reshuffle mengemuka wajar, apalagi pernyataan Hasto menjadi rentetan peristiwa dari aksi para king makers di Poros Gondangdia, seperti Surya Paloh (Nasdem), SBY (Demokrat), dan Salim Segaf (PKS), dengan Agenda Batu Tulis yang dihelat kemarin, yang mempertemukan King Makers, Presiden Jokowi dengan Queen Makers, Megawati,” ucap Agung.
Menurut Agung, sejumlah peristiwa politik itu sulit untuk tidak dikaitkan dengan dinamika koalisi saat ini. Di sisi lain, kata Agung, Presiden Jokowi membutuhkan pemerintahan yang stabil dan solid supaya menjelang akhir kepemimpinannya, kondisi negara tetap aman dan kondusif.