TajukPolitik – Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite seharusnya bisa kembali di angka Rp7.650 menyusul tren penurunan harga minyak mentah dunia.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan ini adalah sinyal positif untuk menurunkan harga BBM.
“Langkah ini (penurunan harga BBM) harus dilakukan karena tidak adil apabila harga minyak mentah dan beban subsidi energi menurun, tapi pemerintah masih mempertahankan harga BBM subsidi yang mahal,” Bhima Yudhistira, Kamis (29/9).
Ia menambahkan ada kemungkinan Pertalite turun paling tidak di bawah Rp7.650 atau kembali di level Rp7.650 per liter dan Solar sekitar Rp5.000 per liter.
Berdasarkan data Bloomberg per Kamis (29/9) pukul 13:40 WIB, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman November 2022 turun 1 persen ke level US$ 81,83 per barel.
Sementara, minyak mentah dunia jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2022 turun 1,04 persen ke level US$ 88,39 per barel.
Pengamat Energi Mamit Setiawan beranggapan bahwa tren penurunan harga minyak mentah dunia bisa membuat Pemerintah RI menyesuaikan harga BBM non-subsidi.
“Dengan penurunan yang cukup besar maka harga BBM non-subsidi harus ada penyesuaian harga. Karena sesuai dengan formulasi KepMen ESDM 62/2020 hal ini sangat memungkinkan untuk dilakukan evaluasi harga,” kata Mamit.
Namun, Mamit beranggapan bahwa peluang BBM subsidi turun harga akan berat. Ia juga skeptis apakah nantinya jika ada penurunan harga BBM subsidi bakal dibarengi dengan penurunan harga komoditas yang kini sudah meroket.
“Untuk BBM subsidi saya kira karena masih belum memasuki keekonomian maka sepertinya berat untuk turun. Kecuali ada kebijakan lain dari pemerintah,” paparnya.
Sampai hari ini harga BBM non Subsidi ataupun yang subsidi belum juga turun walaupun harga minyak dunia terus turun jauh dari harga saat BBM dinaikan.