TajukNasional Anggota Komisi VI DPR RI Asep Wahyuwijaya mendesak Kementerian BUMN dan Kementerian Perdagangan memastikan kebijakan efisiensi anggaran tidak berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Ia menekankan bahwa efisiensi anggaran harus diiringi kerja sama strategis antar-lembaga agar kinerja tetap optimal.
“Saya setuju bahwa anggaran yang diberikan tidak boleh menyebabkan PHK atau bentuk pemberhentian lainnya. Tidak boleh ada lay-off, apapun alasannya,” ujar Asep dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR RI bersama Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Perdagangan Budi Santoso, serta perwakilan BPKN dan KPPU di Gedung Nusantara I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (13/2/2025).
Ia menegaskan bahwa kementerian dan lembaga harus tetap menjalankan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) meskipun anggaran mengalami pemangkasan. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) juga harus tetap menjaga kepentingan masyarakat meskipun menghadapi efisiensi anggaran.
“Tupoksi utama harus tetap berjalan. Saya sangat memperhatikan peran KPPU dan BPKN karena ratusan juta masyarakat Indonesia membutuhkan perlindungan maksimal,” katanya.
Selain itu, Asep Wahyuwijaya turut menyarankan sinergi antara BPKN dan Kementerian Perdagangan dalam memperketat regulasi impor guna melindungi konsumen dari potensi kerugian.
“Efisiensi memerlukan sinergi. Misalnya, BPKN dan Kemendag harus memperketat regulasi impor agar tidak ada produk yang merugikan masyarakat dan membebani kinerja BPKN,” jelasnya.
Asep menilai efisiensi dalam belanja kementerian harus diimbangi dengan optimalisasi pendapatan yang kemungkinan besar mengalami penurunan. Oleh karena itu, pimpinan kementerian harus mampu menjaga keseimbangan tersebut dengan baik.
“Efisiensi harus difokuskan pada pengeluaran karena optimalisasi pendapatan bisa terdampak. Pimpinan kementerian harus memahami ini agar tidak salah langkah,” tambahnya.
Ia juga menyoroti efisiensi dalam pengelolaan BUMN, terutama pada perusahaan yang terus merugi akibat tata kelola yang buruk. Ia mengkritik kebijakan BUMN yang lebih fokus menciptakan anak usaha baru dibanding meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan negara.
“Saya ingin bertanya kepada Menteri BUMN, apakah efisiensi ini juga diterapkan di BUMN? Kita tahu ada banyak praktik fraud di sana. Keuntungan BUMN sering digunakan seolah-olah uang pribadi, bukan disetor ke negara,” kritik Politisi Fraksi Partai NasDem ini.
Asep mencontohkan kasus di Pertamina, di mana perusahaan mengalami kerugian triliunan rupiah akibat penggunaan vendor anak perusahaan Telkom dalam proyek digitalisasi SPBU. “Bukannya untung, malah rugi. Kejadian seperti ini jelas mengurangi pendapatan negara dan menyulitkan efisiensi anggaran,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, ia berharap Kementerian BUMN dan Kementerian Perdagangan mampu menerapkan efisiensi anggaran dengan cerdas dan bertanggung jawab, tanpa mengorbankan kesejahteraan pegawai serta tetap menjaga perlindungan konsumen.