“Saya bisa (kembali) berusaha. Di jaman pak Anies ini saya merasakan (kembali) sebagai manusia,” ujar Soleh yang mengaku mewakili para pedagang yang tergabung dalam Komunitas Pedagang Kawasan Ancol (kopeka).
Pengakuan ketiga warga DKI Jakarta itu sangat menyentuh. Pernyataan ketiganya dalam sebuah video yang viral pada intinya menemukan oase setelah sebelumnya dianggap sebagai warga kelas dua di Ibu Kota.
Soleh, pedagang kaki lima di Ancol bercerita nasibnya berubah 180 derajat setelah Anies Baswedan menjadi Gubernur DKI Jakarta. Dia mengaku pernah dilempar ke laut dan ditembak petugas saat berpeluh keringat mencari sesuap nasi.
“Saya bisa (kembali) berusaha. Di jaman pak Anies ini saya merasakan (kembali) sebagai manusia,” ujar Soleh yang mengaku mewakili para pedagang yang tergabung dalam Komunitas Pedagang Kawasan Ancol (kopeka).
Soleh tak lupa adab. Dia mengucap terima kasih kepada Anies yang dinilainya telah berhasil melakukan pendekatan kemanusiaan terhadap para pedagang kaki lima khususnya di kawasan Ancol, Jakarta Utra. Nasib Idin, pengayuh becak di kawasan Teluk Gong hampir sama.
Jantung Idim selalu berdegup kencang ketika membawa sewa, istilah penumpang di becaknya. Peristiwa itu terjadi sebelum Anies menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Lagi-lagi keadaan berubah dalam semalam. Idim mengaku kini dia bisa tenang. “Selama Pak Anies menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, kami merasa tenang, aman. Tidak dauber-uber lagi Satpol PP,” ujar Idim.
Idim mengaku bisa santai saat memarkirkan becaknya di warteg tanpa ketakutan bakal di’garuk’ Satpol PP. Dia mengaku satu-satunya keahliannya adalah mengayuh becak. “Bagaimana juga saya orang tidak punya, tidak mampu. Kalau tidak usahanya di becak di mana lagi?” kata Idim.
Idim mengucap beribu terima kasih kepada Anies yang dianggap dengan keimanannya berhasil menjalankan tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta. “Sebenarnya kan pak, tukang becak ini tidak mangkal di jalan protokol. Pasar Teluk Gong mana sih ngga ada protokol?” ujar dia.
Cerita Dharmadiani, warga Rumah Susun Kampung Akuarium tidak berbeda. Di jaman Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dia harus melihat tempat tinggalnya selama ini dibongkar paksa Satpol PP. Nasib pahit dia berubah dalam waktu enam tahun.
Dharmadiani mengaku perjuangan dirinya bersama warga Kampung Akuarium lainnya menempati lahan baru dilalui proses panjang. “Bukan waktu yang sebentar untuk kita berproses. Tapi bukan waktu yang panjang juga untuk menyelesaikan semua persoalan yang ada di Jakarta,” ujar Dharmadiani.
Dharmadiani mengaku pernah merasakan kepahitan tinggal beralaskan langit. Hak asasi dirinya bersama keluarganya hilang sesaat setelah rumahnya di Kampung Akuarium digusur Ahok. Toh, dia akhirnya bisa bersyukur. Cahaya kata dia datang lagi dan harapan itu tumbuh lagi setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membangun kembali Kampung Akuarium yang kini Bernama Rumah Susun Kampung Akuarium.
Kampung itu menjadi salah satu contoh di samping kampung-kampung yang telah dibangun seperti Kampung Susun Kunir, Kampung Susun Eks Bukit Duri dan Kampung Bayam. Dharmadiani yakin faktor penting dalam hal ini adalah keberpihakan dan hati nurani Pemprov DKI di bawah kendali Anies Baswedan, seluruh program kampung susun bisa tercapai. “Kami mewakili warga Kampung Susun Kunir, Kebun Bayam, dan eks Bukit Duri mengucapkan banyak terima kasih atas rasanya dan yang sudah memanusiakan kami kembali,” kata Dharmadiani.
Dharmadiani mengajak Anies untuk melanjutkan kerja sama dan kolaborasi ke depan. “Yang Insya Allah kalau bapak (Anies) berada di titik yang besar nanti tidak melupakan proses yang kecil ini,” kata Dharmadiani.
Apa rahasia Anies bisa mengangkat namanya semakin melangit? Banyak orang menganggap strategi populis yang telah dikerjakan di wilayah kepemimpinannya menjadikan dirinya menjadi seperti sekarang ini. Ya, tak salah diklaim kalau dia layak menyandang predikat gubernur yang memanusiakan manusia. (Tajuk Politik)