TajukPolitik – Pengamat kebijakan publik, Gigin Praginanto mengungkapkan asumsinya terkait penyebab biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung mengalami pembengkakan.
Gigin menyebutkan bahwa tidak ada kesalahan hitung dalam proyek Kereta Cepat, namun terdapat kesengajaan yang memang dilakukan agar biaya terus ditambah.
“Gak ada salah hitung dalam proyek kereta cepat Jakarta Bandung. Yang ada sengaja mempermainkan angka untuk menggerogoti keuangan negara,” bebernya.
Menurutnya, pihak-pihak China mengetahui bahwa Indonesia bisa menghasilkan uang untuk dikeruk, sehingga kesempatan dalam proyek Kereta Cepat tidak akan diabaikan.
“China tahu kalau kaki-tangannya punya posisi kuat sehingga bisa menjadikan Indonesia ATM pribadinya,” ujarnya dikutip dari Twitter @giginpraginanto, seperti yang dikutip tajuknasional.com, Selasa (13/12).
Sementara itu, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan, berdasarkan hitungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), nilai investasi proyek itu membengkak sebesar USD1.499 atau setara Rp21,7 triliun (kurs USD1 = Rp15.500).
Akibat pembengkakakan proyek Kereta Cepat, China Development Bank (CDB) sempat meminta pemerintah Indonesia turut menanggungnya melalui APBN.
Total dana APBN yang telah dikeluarkan hingga saat ini untuk menambah biaya Kereta Cepat yaitu sekitar Rp7,3 triliun, padahal janji awal Presiden Joko Widodo (Jokowi) proyek ini tidak akan menggunakan APBN.
Adapun pembengkakan biaya salah satunya disebabkan oleh melesetnya kalkulasi pihak China saat proses studi kelayakan, ini disampaikan Wakil Menteri (Wamen) BUMN II Kartika Wirjoatmodjo.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tak henti-hentinya menjadi sorotan lantaran sejumlah persoalan. Mulai dari progres konstruksi yang molor, hingga pembengkakan biaya puluhan triliun rupiah menjadi beban proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara ini.
Proyek Kereta Cepat sudah bergulir sejak awal tahun 2016, namun sudah 6 tahun berselang proyek ini tak kunjung rampung. Awalnya, proyek ditarget selesai 3 tahun, maka bila dihitung-hitung seharusnya kereta cepat sudah rampung 2019. Namun sampai akhir 2022 ini pun pembangunan sarana prasarananya tak kunjung selesai.
Proyek tersebut melibatkan China lewat konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Kongsi itu bertanggung jawab terhadap pembangunan kereta cepat hingga pengoperasiannya.