Tajukpolitik – Pengamat politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, mengatakan safari politik yang dilakukan oleh Anies Baswedan berhasil dongkrak elektabilitasnya.
Umam juga menilai safari yang dilakukan mantan Gubernur DKI Jakarta ini terbukti sangat efektif mengkonversi suara mengambang atau swing voters menjadi pendukung Anies.
Menurut Umam, Anies bisa dibilang sedang berusaha mengkonversi dua basis pemilik loyal yang menjadi swing voters menjadi pendukungnya. Kedua kelompok itu berasal dari kelompok mantan pendukung Prabowo yang merasa kecewa terhadap Prabowo.
Kelompok ini merasa ditinggalkan, merasa dikhianati oleh cara politik Prabowo yang sekarang menjadi bagian koalisi pemerintahan Jokowi. Yang kedua adalah pendukung Jokowi di periode pertama antara 2014-2019, tapi kemudian merasa apa yang dilakukan pemerintahan Jokowi tidak terwakili perjuangan mereka.
“Umumnya kelompok ini adalah kelompok menengah terdidik di masyarakat kita. Mereka memiliki literasi politik yang lebih memadai, sehingga memiliki cara pandang yang lebih kritis terhadap sejumlah kebijakan publik yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan ketika dulu mendukung Jokowi di Pemilu 2014,” jelasnya.
Ia mengatakan beberapa contoh kebijakan pemerintahan di periode kedua Jokowi yang dianggap cukup bermasalah, misalnya terkait Undang-undang (UU) Minerba, UU Omnibus Law, UU KPK dan terakhir ini dari kalangan masyarakat sipil terkait UU KUHP. Dari semua produk UU itu, kelompok ini menilai ada catatan kemunduran demokrasi.
“Ini menjadi konsen dari kelompok masyarakat sipil, kelompok menengah terdidik, termasuk kelompok dunia usaha yang belakangan merasa tidak terwakili terutama soal recovery setelah pandemi,” ungkapnya.
Ia menuturkan dari kelompok ini mampu menciptakan gelombang swing voters yang cukup besar. Dan swing voters itulah bisa menjelaskan elektabilitas Anies ternyata dalam tiga bulan terakhir sejak September hingga November mengalami akselerasi peningkatan sekitar 5-7 persen.
“Sudah terkonfirmasi dalam data Litbang Kompas dan survei Indikator terakhir, termasuk di partai politik yang mendukung Anies,” tambahnya.
Ia memaparkan hasil elektabilitas tiga bulan terakhir itu, sebelumnya memposisikan Ganjar di posisi nomor 1 dan Prabowo nomor 2, kemudian Anies nomor 3. Maka per November 2022, posisi itu mengalami persilangan, Anies menyalip Prabowo dan mendekati posisi Ganjar di urutan pertama.
“Ganjar memang masih di posisi pertama, tapi di tiga bulan terakhir survei Ganjar alami stagnasi di angka 28 sampai 30 persen. Agak berat naik lagi kalau melihat tren saat ini. Sementara Prabowo disalip oleh Anies, sedangkan Prabowo terus mengalami penurunan,” pungkasnya.