TajukPolitik – Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna menganggap pernyataan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang ingin membangun 40 Kota setara Jakarta, cuma jargon politik yang tidak realitis.
“Jargon politik bebas saja sih, tapi kan harus realistis,” ujar Yayat.
Menurutnya, perlu kajian mendalam soal membangun 40 kota seperti Jakarta.
“Ini bukan perkara mudah, dan tidak hanya soal apakah cukup waktu selama lima tahun mengerjakannya,” imbuh Yayat.
Jika parameternya Jakarta, diperlukan Key Performance Indicator, apa yang dimiliki Jakarta yang mau ditiru pembangunannya.
Apa mau ditiru, macetnya, banjirnya atau minimnya ketersediaan air bersih,” tanyanya.
Apa mungkin bisa membangun 40 Kota seperti Jakarta dengan APBD Rp 80 triliun dengan jumlah penduduk di atas satu juta jiwa.
“Tentu harus dikaji mendalam sesuai Key Performance Indikator tadi,” imbuhnya.
Menurut Yayat, Jakarta dengan anggaran Rp 80 triliun saja, berbagai masalah masih belum tertasi. Mulai dari banjir, kemacetan hingga ketersediaan air bersih.
Kemudian soal hunian di Jakarta yang mahal dan juga sulitnya mencari lahan.
Sekarang saja program rumah DP 0 rupiah tidak terealisasi dengan baik,” kata Yayat.
Jakarta yang memiliki konsep modern, juga belum tentu bisa diimplementasikan di semua kota. “Intinya, harus jelas apa yang mau ditiru dari Jakarta,” tegas Yayat.
Jakarta adalah kota termahal dengan biaya hidup ideal mencapai Rp 15 juta per bulan.
“Jadi 40 kota itu, gajinya harus tinggi-tinggi dan ekonomi harus naik. Tapi harus dicari apa penggeraknya agar kota-kota bisa maju, ” ujarnya.
Kalau pendapatan warganya tidak tinggi, investor juga tidak akan berani membangun sekolah, properti atau mall. Karena penduduknya tidak mampu.
Jakarta, menurut Yayat, juga lengkap. Punya transportasi massal yang sudah mulai terintegrasi, pelabuhan dan dekat dengan bandara, sehingga punya basis ekonomi kuat.
“Jadi, kalau mau bikin 40 kota seperti Jakarta, ya harus punya juga mesin penggerak untuk meningkatkan ekonominya dan mengatasi kemiskinan,” tegas dia.
Daripada membuat 40 kota setara Jakarta, Yayat lebih menyarankan pemerataan dengan redistribusi fungsi. Jadi, kota seperti Jakarta membagi fungsinya dengan kota lain agar tidak terlalu ‘obesitas’.
Contohnya, Jakarta membagi pusat pemerintahan ke IKN, pendidikan bisa ke Depok, ekonomi kreatif ke Bandung, Industri ke Cikarang dan Karawang, sehingga ekonomi bisa tumbuh kembang setara Jakarta.