TajukNasional Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (Menko AHY), menegaskan pentingnya pendekatan pembangunan yang adil dan berkelanjutan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% per tahun. Hal tersebut disampaikan dalam acara Economic & Capital Market Outlook 2025 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (28/11/2024).
Menko AHY menyoroti bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus diiringi dengan keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial. “Kita sering terjebak mengejar pertumbuhan ekonomi semata, tetapi melupakan inklusivitas dan keberlanjutan. Pertumbuhan harus melibatkan semua golongan dan tetap ramah lingkungan,” ujarnya.
Menko AHY memaparkan tiga elemen utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkeadilan, dan berkelanjutan:
- Mendorong Faktor Pertumbuhan: Semua elemen ekonomi, termasuk investasi dan inovasi, harus terlibat aktif.
- Penciptaan Lapangan Kerja: Lapangan kerja bukan hanya soal penghasilan, tetapi juga bagian penting dari kesejahteraan masyarakat.
- Keseimbangan Ekonomi dan Lingkungan: Pemerintah harus menjaga harmoni antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup.
“Sustainability bukan sekadar kata kunci, tetapi harus menjadi fondasi sejak tahap perencanaan hingga implementasi. Setiap aktivitas ekonomi perlu diaudit dampaknya terhadap lingkungan,” tambah AHY.
Kolaborasi untuk Infrastruktur Hijau
AHY berharap diskusi ini memicu kolaborasi antara pemerintah dan para pemangku kepentingan di pasar modal untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan. Infrastruktur hijau juga dinilai penting dalam upaya Indonesia mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 dan Net Zero Emission 2060.
Bursa Efek Indonesia Dorong Pasar Modal Hijau
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menekankan pentingnya investasi berkelanjutan berbasis Environment, Social, and Governance (ESG). BEI telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk mendukung tren internasional ini, termasuk:
- Pengenalan IDX Carbon sebagai platform perdagangan karbon kredit.
- Penyediaan lima indeks saham terkait ESG.
- Insentif bagi obligasi berwawasan lingkungan.
- Kerja sama dengan lembaga penilai ESG internasional untuk menilai perusahaan tercatat.
“Inovasi seperti karbon kredit dan dukungan pasar modal untuk investasi hijau diharapkan mempercepat pencapaian target dekarbonisasi dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” jelas Jeffrey.
Diskusi ini menegaskan pentingnya kebijakan dan regulasi yang mendukung keuangan berkelanjutan. Dengan sinergi antara sektor publik dan swasta, Indonesia diharapkan dapat menciptakan pasar modal hijau yang kuat, mendukung pembangunan infrastruktur, dan mencapai pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang inklusif.