Tajukpolitik – Kasus korupsi yang masih terus terjadi perlu dibuat hukuman yang membuat takut para pelaku. Salah satu hukumannya adalah koruptor harus dimiskinkan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan, dalam pidatonya di Kuliah Kebangsaan FISIP UI dengan tema ‘Hendak ke mana Indonesia Kita? Gagasan, Pengalaman dan Rancangan Para Pemimpin Masa Depan’, di Kampus UI, Depok, Selasa (29/8).
Anies mengatakan memiskinkan koruptor akan menimbulkan efek jera dan membuat rasa takut bagi para pelaku untuk melakukan perbuatannya.
“Ketika ada hukuman yang menjerakan, maka hukuman menjerakan itu akan bisa meredam greed dan itu menjadi rasa takut,” ujar Anies.
Anies menyebut hukuman yang bisa bikin koruptor jera yakni dimiskinkan. Dia menilai hukuman itu yang paling ditakuti. Untuk itu, koruptor harus dimiskinkan.
“Apa hukuman paling menjerakan dalam praktik korupsi? Dimiskinkan, dimiskinkan, diambil hartanya, disita hartanya karena itu yang paling ditakuti oleh semua koruptor,” ungkap Anies.
“Yang paling ditakuti itu kehilangan hartanya. Pemiskinan ini harus dan inilah yang harus menjadi pegangan bagi kita semua,” sambung Anies.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga mengatakan korupsi didasari oleh kebutuhan dan sistem. Dia pun menuturkan jika hal-hal itu perlu diperbaiki.
“Korupsi karena kebutuhan biasanya gajinya cukup hidup 15 hari, 15 hari berikutnya tidak cukup. Ini harus dicari solusi. Sampai kapan pun akan muncul ini korupsi karena kebutuhan. Kenapa? Karena gajinya hanya cukup untuk hidup 15 hari. Terus 15 berikutnya apa? Sistem remunerasi yang diperbaiki,” tutur Anies.
Lebih lanjut, Mantan Mendikbud RI itu menuturkan korupsi atas sistem juga sering terjadi. Menurutnya, sistem pun perlu dikoreksi.
“Ada kasus-kasus dimana terjebak karena sistem aturan yang ada. Ini koreksinya pada sistem,” jelas Anies.
“Jadi membereskan soal korupsi kami melihat ada tiga akar yang harus dibereskan di situ, tidak hanya soal penangkapan, tidak hanya soal kalimat pencegahan tapi akar masalahnya,” tambah mantan Rektor Universitas Paramadina ini.