Rabu, 4 Desember, 2024

Bantah Zulkifli Hasan, Risma Geram Bansos Disebut Penyebab Kenaikan Harga Telur

TajukPolitik – Harga telur ayam beberapa minggu terakhir meroket tajam. Berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional pada hari Kamis (25/8/2022), untuk rata-rata harga nasional mencapai Rp31.300 per kilogram.

Bahkan harga tertinggi telur ayam di Provinsi Papua mencapai Rp39.650 per kilogram.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan berdalih kenaikan harga telur ayam salah satunya disebabkan oleh adanya permintaan program bantuan sosial (Bansos) dari Kementerian Sosial.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini pun geram dan langsung membantah tudingan Mendag.

Pihaknya mengatakan bahwa Kementerian Sosial menyalurkan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) senilai Rp200.000 per bulan per keluarga manfaat dalam bentuk uang tunai, bukan telur.

“Yang jelas saya enggak bantu telur, karena enggak mungkin. Gimana cara baginya orang jutaan jumlahnya, kita bagi pecah sampai sana. Kita bantu uang ya,” tegas Risma.

Keluarga penerima manfaat, ia melanjutkan, bisa menggunakan bantuan dana tersebut untuk membeli bahan pangan pokok, termasuk membeli telur.

“Enggak ada kita menyiapkan (telur). Bagaimana caranya sekian juta orang kali. Taruh lah satu orang satu kilo saja, 10 juta kilo. Bagaimana dengan 18 juta orang?” katanya.

Bansos Jangan Jadi ‘Kambing Hitam’ Harga Telur

Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso mengatakan bansos bukan satu-satunya penyebab kenaikan harga telur ayam.

“Memang, peran bansos ada, tapi tolong dicatat, jangan sampai bansos jadi kambing hitam. Ini merupakan mitra,” kata Yudianto.

Menurut Yudianto, bansos telur justru turut menyerap produksi peternak. Di sisi lain, juga dapat menekan kasus stunting atau kekurangan gizi pada anak.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan ( Mendag Zulhas ) menjelaskan secara detail terkait bantuan sosial ( bansos ) pemerintah jadi penyebab naiknya harga telur ayam di pasaran.

Ia mengatakan lonjakan harga telur yang terjadi saat ini lantaran anggaran bansos yang digulirkan Kementerian Sosial ke pemerintah daerah yang semestinya diberikan tiga bulan namun kali ini digabung menjadi satu kali.

Anggaran yang diberikan itu, dibelanjakan sembako, termasuk di dalamnya ada telur. Sementara, kata Zulhas, pemerintah daerah yang dapat anggaran tersebut hanya diberi waktu selama lima hari untuk membeli sembako yang nantinya dibagikan kepada rakyat.

“Ini uangnya banyak, cairnya digabung, hanya diberi waktu lima hari. Jadi ada permintaan lima hari, mendadak, akibatnya kurang pasokan. Biasanya kalau kurang pasokan harganya naik,” terang Zulhas di Komplek Istana Negara, Kamis (25/8/2022).

Oleh karena itu, tutur Mendag Zulhas, peternak telah meminta kepada Kemensos agar bansos itu bisa dicairkan setiap bulan saja supaya permintaan tidak langsung melonjak.

“Tadi saran dari pengusaha telur itu kalau bansos bisa gak tiap bulan, karena nelur kan nggak bisa cepat, gak bisa sekali nelur 5. Jadi kalau bisa tiap bulan, jadi kalau dibelanjakan nggak ada permintaan yang mendadak banyak,” ujarnya.

Ia berharap kenaikan harga telur ayam ini tidak berlangsung lama. Dia memprediksi dua minggu ke depan sudah kembali ke harga normal sehingga masyarakat tak lagi resah.

“Mudah mudahan paling lambat dua minggu sudah normal, walaupun nanti juga kita akan tambah untuk ayam yang petelur itu,” pungkas Mendag Zulhas.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini