TajukNasional Pengamat dan Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menanggapi kritik media asing asal Inggris terhadap kebijakan luar negeri Presiden Prabowo Subianto.
Media tersebut mengungkapkan kekhawatiran bahwa diplomasi Indonesia di bawah Prabowo berpotensi mengubah arah negara yang selama ini dikenal netral dan independen.
Fahmi menilai pandangan media tersebut terlalu sempit. Ia menjelaskan bahwa kunjungan Prabowo ke beberapa negara justru mencerminkan fleksibilitas Indonesia dalam memperkuat posisinya di kancah global.
“Meskipun kritik tersebut patut dicermati, saya rasa analisis itu tidak sepenuhnya tepat,” ujar Fahmi dalam keterangannya pada Kamis (5/12).
Menurut Fahmi, diplomasi yang dilakukan Prabowo menunjukkan pendekatan pragmatis dan fleksibel yang didasarkan pada kebutuhan Indonesia untuk memperkuat hubungan internasional.
“Kunjungan Prabowo ke lima negara, termasuk pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal PBB, menegaskan ambisi Indonesia untuk memperkuat koneksi sebagai warga dunia,” tambahnya.
Fahmi juga menanggapi kritik yang menyebut Prabowo terlalu percaya diri dan kurang mendapat nasihat.
Ia menganggap hal tersebut tidak adil, mengingat latar belakang Prabowo yang memiliki pengalaman dalam dunia diplomasi dan politik internasional.
“Sebagai mantan jenderal pasukan khusus, Prabowo bukanlah orang baru dalam dunia politik internasional,” ujarnya.
Fahmi mengingatkan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia, yang menganut prinsip bebas aktif, sangat penting untuk dipahami dalam konteks ini.
Kebijakan tersebut menegaskan bahwa Indonesia berupaya menjaga keseimbangan dalam hubungan luar negeri dan tidak terjebak dalam pertarungan politik internasional antara kekuatan besar.
Menurutnya, diplomasi Prabowo, yang melibatkan berbagai pertemuan dengan pejabat dunia, menunjukkan komitmen Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan nasional di panggung global.