TajukPolitik – Tragedi Kanjuruhan kembali menunjukkan kegagalan polisi untuk memberi rasa aman dalam melindungi masyarakat dan warganya.
Dalam pertandingan antara Arema kontra Persebaya di Kanjuruhan Malang, pada Sabtu (1/10) malam terjadi tragedi yaitu meninggalnya ratusan orang usai pertandingan tersebut.
Meninggalnya ratusan warga tersebut ditengarai disebabkan karena semprotan gas air mata yang dilakukan oleh kepolisian dalam menjaga keamanan pertandingan tersebut.
Tokoh nasional Rizal Ramli mengatakan turut berduka dan prihatin atas tragedi tersebut. Menurutnya, inilah momentum untuk membenahi kepolisian RI
“Inilah momentum untuk membenahi Polri. Stop multi-fungsi Polri, tidak boleh jadi alat politik kekuasaan, ubah SOP jadi lebih manusiawi dan mengayomi, bersihkan sistem rekrutmen, pendidikan dan promosi Polri dari sogokan dan uang,” ujarnya melalui akun Twitternya yang dipantau di Jakarta, Senin (3/10).
Mantan Menko Perekonomian itu mengatakan, hanya dengan cara-cara inilah polisi bisa dipercaya. “Hanya dengan transformasi itu, Polri bisa dipercaya,” katanya.
Ekonom senior itu mengatakan, hal tersebut bisa terjadi karena kepolisian menjalankan multifungsi, termasuk menjadi alat kekuasaan. Hal inilah yang kemudian membuat kepolisian tidak bisa bertindak secara profesional.
“Hal ini menunjukkan kegagalan fungsi Polri. Kepolisian akhirnya menjadi brutal dan tidak humanis. Ini bisa terjadi karena Polri multi-fungsi, termasuk jadi alat kekuasaan dll sehingga tidak profesional,” ujar Bang RR – sapaan Rizal Ramli.
Sebelumnya, Presiden FIFA Gianni Infantino menyatakan berdukacita atas tragedi di Kanjuruhan Malang tersebut.
Dalam pesan belasungkawanya pada Minggu (2/10), Infantino bahkan menyebut tragedi dalam pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada Sabtu malam sebagai hari yang gelap bagi persepakbolaan dunia.
“Ini adalah hari yang gelap bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan sebuah tragedi di luar nalar,” kata Infantino, seperti dikutip dari AFP.
“Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan teman-teman para korban yang kehilangan nyawa setelah insiden tragis ini,” ujarnya.
“Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami bersama para korban, mereka yang terluka, bersama dengan rakyat Republik Indonesia, Konfederasi Sepak Bola Asia, Asosiasi Sepak Bola Indonesia, dan Liga Sepak Bola Indonesia pada saat yang sulit ini,” ujar Infantino.
Seperti dikutip RMOL.ID, peristiwa berawal saat polisi menembakkan gas air mata dalam upaya untuk membubarkan para suporter di lapangan setelah tuan rumah Arema kalah 3-2 dari Persebaya Surabaya.
Kapolda Jawa Timur Nico Afinta mengatakan orang-orang tewas setelah tergencet dan tercekik saat mereka berlari menuju pintu keluar yang sama. Ia menyatakan bahwa 3.000 dari sekitar 40.000 penonton yang hadir telah menyerbu lapangan yang memicu kerusuhan.
Hingga Minggu sore dilaporkan sudah 125 orang yang tewas dalam tragedi tersebut. Hal itu disampaikan Karodokpol Pusdokkes Polri, Brigjen Nyoman Eddy Purnama Wirawan. Jumlah itu merupakan revisi dari yang sebelumnya dilaporkan korban tewas sebanyak 174.
“Update data terakhir yang dilaporkan setelah ditelusuri di RS terkait menjadi meninggal dunia 125 orang,” ujar Nyoman Eddy.