TajukNasional Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), melakukan kunjungan kerja ke kawasan Kalibaru, Jakarta Utara, untuk meninjau proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau tanggul laut yang sedang dibangun di sana.
Kunjungan ini juga didampingi oleh Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo, Wakil Menteri PU Diana Kusumastuti, serta Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Bob Athur Lombogia. Proyek NCICD ini, yang menjadi bagian dari rencana pembangunan Tanggul Laut Raksasa atau Giant Sea Wall Jakarta, adalah salah satu proyek prioritas nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Proyek tanggul pantai di Kalibaru, yang dirancang untuk melindungi wilayah pesisir utara Jakarta dari ancaman banjir rob dan penurunan muka tanah atau land subsidence, memiliki panjang 4,11 km dan dibangun dengan anggaran sebesar Rp 1,16 triliun. Tanggul ini merupakan salah satu infrastruktur utama dalam pembangunan pesisir terpadu antara kawasan Kalibaru dan Cilincing yang dimulai pada 2015 dan ditargetkan selesai pada 2023.
“Hari ini, kami mengunjungi langsung lokasi tanggul laut di Kalibaru yang sudah dibangun dengan baik. Masyarakat pesisir Jakarta Utara ini rentan terkena dampak banjir rob, terutama karena penurunan muka tanah yang terjadi hampir setiap tahun,” ungkap AHY saat ditemui di lokasi pada Senin (4/11/2024). Menurut AHY, penurunan tanah di beberapa wilayah bisa mencapai hingga 10 cm per tahun, yang dalam jangka panjang dapat mengancam kehidupan masyarakat di kawasan pesisir.
Tanggul di Kalibaru ini, yang memiliki tinggi sekitar 4,8 meter dari permukaan air laut, diharapkan dapat memberikan perlindungan sementara bagi lebih dari 20 ribu keluarga di kawasan pesisir. Selain itu, proyek ini diintegrasikan dengan rencana pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatiluhur, yang akan menyediakan 3.200 liter air per detik untuk kebutuhan masyarakat. Inisiatif tersebut bertujuan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap air tanah, yang diketahui menjadi salah satu penyebab utama penurunan permukaan tanah.
Namun, AHY menekankan bahwa tanggul setinggi 4,8 meter ini hanya diprediksi bertahan hingga tahun 2033. Untuk memastikan keberlanjutan perlindungan wilayah pesisir, pemerintah kini sedang mengkaji pembangunan tanggul laut raksasa atau *Giant Sea Wall* sebagai solusi jangka panjang. “Jika melihat perkiraan daya tahan hingga 2033, kita perlu berpikir lebih jauh. Apakah tanggul ini cukup atau kita membutuhkan yang lebih besar? Kami sedang mempertimbangkan alternatif yang lebih kuat dan memadai untuk jangka panjang,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, AHY juga menjelaskan pentingnya keterlibatan dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyukseskan proyek ini. Menurutnya, pembangunan infrastruktur perlindungan pesisir seperti NCICD bukan hanya proyek fisik semata, tetapi juga bagian dari upaya komprehensif untuk menyelamatkan masyarakat dan lingkungan pesisir dari ancaman krisis lingkungan.
Selain Kalibaru, rombongan AHY juga mengunjungi sejumlah titik lainnya, seperti Pompa Sentiong dan Muara Baru, yang semuanya berada di bawah cakupan proyek NCICD. AHY berharap dengan adanya proyek ini, Jakarta bisa lebih siap menghadapi tantangan lingkungan ke depan, baik dari aspek urbanisasi yang pesat maupun dampak perubahan iklim yang mempercepat kenaikan permukaan laut.
“Kerjasama lintas sektor sangat penting untuk keberhasilan proyek ini. Kami berharap pembangunan yang kita lakukan hari ini akan memberikan manfaat nyata bagi warga pesisir Jakarta, dan menjadi contoh bagaimana pembangunan berkelanjutan bisa diterapkan di kota-kota besar lainnya di Indonesia,” tutup AHY.
Dengan adanya proyek NCICD ini, pemerintah berkomitmen untuk melindungi pesisir Jakarta Utara serta menciptakan lingkungan yang lebih aman dan layak huni bagi warganya.