Menurutnya, pelaku kriminal dapat menggunakan AI untuk mengelabui nasabah, bahkan menyusup ke sistem perbankan digital.
“Maraknya penggunaan AI harus diimbangi dengan kesiapan ekosistem perbankan dalam menghadapi serangan berbasis AI,” tambahnya.
Ketiga, tata kelola atau governance. Sulistyo menekankan pentingnya investasi yang memadai di bidang teknologi, terutama bagi bank berskala besar.
Namun, ia mengingatkan masih adanya disparitas pada lembaga perbankan di daerah yang dinilai belum memiliki kesiapan setara untuk melawan ancaman siber.
Dengan meningkatnya digitalisasi layanan keuangan, BSSN mendorong seluruh pemangku kepentingan, baik regulator, penyedia layanan, maupun nasabah, untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan.
Baca juga: Konflik Iran-Israel Memanas, Serangan Siber Meningkat 700 Persen
Tanpa langkah serius di ketiga aspek tersebut, sektor keuangan Indonesia akan tetap menjadi target empuk bagi para pelaku kejahatan siber.