Ia memaparkan tiga bentuk praktik oplosan yang umum ditemui di pasaran: pencampuran dengan bahan lain seperti jagung, pencampuran antar varietas untuk mempercantik tampilan, dan yang paling berbahaya—beras rusak yang diputihkan kembali menggunakan bahan kimia.
Bahaya dari konsumsi beras oplosan tak hanya soal rasa dan tekstur, tapi juga dampak kesehatan jangka panjang, seperti gangguan hati, ginjal, bahkan keracunan akibat jamur atau bahan kimia yang tersisa.
Baca juga: Daftar Harga Merek Beras Premium yang Diduga Oplosan, Ada yang Rp120 Ribu 5kg
Prof. Tajuddin menyarankan masyarakat untuk membeli beras dari sumber terpercaya, menghindari produk tanpa label, serta memperhatikan bau, warna, dan tekstur sebelum membeli.
Ia juga mengingatkan agar beras disimpan maksimal enam bulan dan selalu dicuci bersih sebelum dimasak.
“Distribusi dan konsumsi beras harus seaman produksinya. Kualitas pangan tidak boleh dikompromikan,” tegasnya.