Tajukpolitik – Wacana reshuffle kabinet yang kembali berhembus setelah sempat reda diprediksi bukan untuk mengevaluasi kinerja para pembantu Presiden Joko Widodo, tapi lebih bermuatan politik.
Hal tersebut ditegaskan oleh CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago.
Menurut pandangan Pangi, reshuffle kabinet yang mungkin terjadi tidak punya lagi korelasi dengan kinerja menteri.
“Jadi ini reshuffle karena DNA politik,” tegasnya, Rabu (8/3).
Ia melanjutkan, jika reshuffle tetap dilakukan di sisa periode kedua ini, justru akan merugikan rakyat karena banyak program kementerian yang terkesan maju mundur.
“Apa yang bisa dilakukan Menteri baru dengan sisa 9 bulan ini? Saya pikir tidak akan lebih baik dari menteri yang ada saat ini juga,” jelasnya.
Dia menambahkan, Menteri baru tentunya akan memulai dari nol dengan mengotak-atik kembali program menteri lama dan harus beradaptasi serta bersosialisasi.
“Tentu akan memakan waktu lagi,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Presiden Jokowi disebut dalam waktu dekat ini bakal kembali melakukan kocok ulang kabinet atau reshuffle. Banyak yang memprediksi, reshuffle ini dilakukan jelang Pemilu 2024.
Seperti kebiasaan juga, setiap hari Rabu, tepatnya Rabu Pon, wacana reshuffle kabinet terus mengemuka. Namun, hal tersebut tak kunjung kejadian. Padahal, banyak masyarakat yang menanti untuk perbaikan kabinet ke depan.
Walau memang harus diakui reshuffle kabinet tidak murni evaluasi kinerja, tapi setidaknya ada harapan baru masyarakat yang tertumpang agar kehidupan semakin baik.