Jumat, 31 Januari, 2025

Terus Turun, Golkar Minta Kementerian ESDM Evaluasi Target Lifting Minyak

Tajukpolitik – Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Dyah Roro Esti, khawatir produksi lifting minyak dan gas yang hingga saat ini masih jauh dari target yang telah ditetapkan, yakni 1 juta barel per hari (bph).

Dyah menyebut tren lifting minyak dan gas yang terus menurun dari tahun ke tahun menjadi perhatian serius.

“Kalau kita melihat dari tahun ke tahun, trennya menurun terus. Sedangkan target kita besar, 1 juta barel per hari itu bukan angka yang kecil. Maka saya tawarkan kepada kementerian, kalau target ini tidak realistis, kita harus evaluasi target tersebut,” tegas Dyah, di sela-sela Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Plt. Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Gedung Nusantara I, DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (29/5).

Dyah mempertanyakan sikap optimistis Kementerian ESDM terhadap target yang telah ditetapkan. Sebagai anggota DPR yang bermitra dengan Kementerian ESDM, ia menyatakan kesediaan untuk duduk bersama dan mendiskusikan target tersebut serta memberikan masukan yang realistis.

“Nah, apakah Kementerian ESDM masih optimistis bisa mencapai target tersebut? Meskipun kami menilai, target tersebut sangat tidak realistis. Intinya tidak realistis,” ujar Dyah Roro.

Di balik ketertinggalan lifting minyak dari target, Dyah Roro melihat hikmah terkait perlunya masyarakat menikmati udara bersih dan lingkungan yang lebih sehat.

Ia menilai bahwa lifting minyak yang masih menggunakan energi fosil belum ramah lingkungan.

“Kita melihat tren lifting minyak turun, mungkin saatnya kita mengamplifikasi strategi untuk transisi energi,” lanjutnya.

Ia berharap ke depan dapat terus menekankan upaya penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan.

Dyah Roro juga mengakui bahwa pemerintah sudah mulai menggunakan energi ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik.

Namun, menurutnya, yang lebih penting adalah pondasi utama untuk transisi energi melalui kebijakan dan regulasi.

“Pondasi utama untuk transisi ke energi bersih menurut saya lewat kebijakan, lewat regulasi, yakni dengan menciptakan RUU Energi Baru dan Energi Terbarukan. Dengan undang-undang ini, Indonesia bisa mendiversifikasi portofolio energinya dari batu bara ke energi bersih. Ini juga membuka peluang investasi baru,” paparnya.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini