TajukpolitikĀ – Komandan Tim Komunikasi Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budisatrio Djiwandono, mengatakan gaya politik riang gembira yang digencarkan oleh pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden (wapres) nomor urut 2 ini telah menginspirasi paslon lain.
“Alhamdulillah, gaya politik Pak Prabowo-Mas Gibran yang santai, riang dan gembira mulai diapresiasi paslon lain. Berarti, keinginan Prabowo-Gibran dilakukan dengan riang gembira berhasil menginspirasi paslon lain,” ujar Budisatrio, Jumat (1/12).
Budisatrio mengungkapkan salah satu bentuk gaya politik riang gembira yang dilakukan oleh Prabowo-Gibran adalah kampanye seperti narasi ‘Gemoy’.
Namun, menurut Budisatrio, ada pihak-pihak yang sengaja memberikan isu bahwaĀ kampanye riang gembira seperti narasi ‘Gemoy’ dianggap sengaja diciptakan untuk mengaburkan gagasan dan ide Prabowo Subianto.
Namun belakangan, kata Budisatrio, narasi yang diciptakan para pendukung ini sudah dipahami sebagai bentuk apresiasi terhadap sikap Prabowo yang berkontestasi secara riang gembira.
Dan yang paling penting, tambah Budisatrio, pasangan Prabowo-Gibran tak hanya sekedar menjual gimmick yang tanpa substansi. Budisatrio menyebut Prabowo-Gibran tetap memikirkan substansi dalam setiap kampanyenya.
“Boleh saja dianggap sebagai sebuah gimmickĀ yangĀ bottom up. Namun secara substansi, baru Prabowo-Gibran yang menawarkan gagasan riil mencapai Indonesia Emas 2045 melalui program makan siang, susu gratis, serta gizi ibu hamil dan balita,” kata Budisatrio.
Budisatrio juga mengungkapkan jika gaya politik Prabowo-Gibran pun telah menginspirasi salah satu paslon.
Salah satu paslon yang mengapresiasi narasi Prabowo-Gibran adalah calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Dikatakan Cak Imin, narasi tersebut lebih baik dibandingkan cara-cara menyerang pasangan calon lain.
“Kita bersyukur, Gus Muhaimin juga ikut menyambut semangat Pemilu 2024 dengan hati senang, gembira, santun, dan tetap mengedepankan gagasan, ide, serta keunggulan masing-masing. Jadi tidak perlu mencela atau mencari kesalahan paslon lain,” tutur Budisatrio.