Tajukpolitik – Pengamat Politik dari Citra Institute, Yusak Farchan, menilai jika bakal calon wakil presiden (Bacawapres) Anies Baswedan, bukan dari internal Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), maka potensi terjadinya gejolak politik di KPP cukup terbuka.
Hal tersebut sekaligus mengingatkan jika KPP yang mengusung Anies sebagai bakal calon presiden (Bacapres) tetap solid meski Bacawapres bukan dari kader partai nampaknya hanya isapan jempol belaka.
Yusak beralasan meskipun Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menjamin koalisi tetap solid, tapi mesin politik Demokrat tidak akan dapat bekerja secara maksimal.
“Inilah resiko politik yang harus dihadapi,” tegas Yusak.
Menurut Yusak, hal tersebut akan berbeda jika AHY yang menjadi Bacawapres Anies, maka mesin politik Demokrat akan hidup dan gejolak politik di KPP bisa diminimalisasi.
“Berbeda jika AHY menjadi Cawapres, mesin politik Demokrat akan hidup. Bagaimanapun Demokrat berkepentingan mendapatkan efek elektoral partai di pileg jika AHY ditetapkan menjadi cawapres,” jelas Yusak, Senin (17/7).
Yusak menilai tarik menarik cawapres di koalisi perubahan merupakan realitas politik yang tidak bisa dipungkiri. Ia mengamati, Nasdem masih ingin mendominasi dalam mendesain cawapres Anies. Sementara Demokrat tampak masih keukeuh pada usulannya untuk mengajukan AHY sebagai cawapres.
Dalam pandangan Yusak, Cawapres dari eksternal koalisi juga berisiko menimbulkan goncangan politik di pemerintahan jika Anies memenangkan pilpres. Dukungan parpol di parlemen menjadi variabel penting untuk menjaga stabilitas pemerintahan.
“Cawapres dari eksternal koalisi berpotensi mendegradasi fungsi perkaderan parpol itu sendiri. Anies bukan kader parpol, masak cawapresnya dari eksternal parpol koalisi,” pungkas Yusak.
Untuk diketahui, sampai sekarang Anies Baswedan belum kunjung mengumumkan Bacawapres. Ketiga partai yang tergabung dalam KPP, yaitu Nasdem, Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pun sepakat menyerahkan sepenuhnya Bacawapres ke Anies.