Tajukpolitik – Kebijakan Pertamina beri santunan tapi meminta warga korban kebakaran Depo Plumpang, Jakarta Utara, untuk tak menggugat ke pengadilan dikritik tokoh masyarakat setempat.
Hal ini disampaikan Ketua RW 01 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Bambang Setyono. Ia menilai Pertamina tidak etis dan tidak transparan dalam memberikan santunan kepada warga terdampak kebakaran Depo Plumpang.
Selaku Ketua RW yang wilayahnya terkena dampak kebakaran Depo Plumpang, Bambang mengatakan tidak etis jika dibalik Pertamina beri santunan, tapi juga minta warga menandatangani surat pernyataan tidak akan menggugat atas kejadian tersebut.
Hal itu ia katakan saat merespons laporan warga yang mendapatkan santunan dari Pertamina terkait musibah kebakaran depo yang menewaskan salah satu anggota keluarga. Di momen itu, keluarga korban diminta menandatangani surat pernyataan tidak akan menggugat.
“Ya tidak etis dan tidak transparan. Kalau mau kasih santunan ya katakan saja tujuan dan maksudnya apa, uangnya untuk apa,” tegasnya, Selasa (7/3).
Sebelumnya, Bambang mendapatkan laporan dari warga yang bernama Iryanto, anak dari Iriana. Iriana adalah korban meninggal dunia dalam musibah tersebut. Jenazah ibu tujuh anak itu ditemukan dan dimakamkan pada Sabtu (4/3) lalu.
Adik Iryanto mengaku mendapatkan santunan berupa uang Rp 10 juta atas kematian ibunya namun diminta menandatangani surat pernyataan agar tidak menggugat Pertamina.
Meskipun begitu, Bambang belum mengetahui apa keluarga Iriana akan mengembalikan uang tersebut kepada Pertamina. Ia belum bisa berdialog lagi dengan keluarga mendiang Iriana sebab sibuk mengurus kebutuhan warga yang mengungsi serta membantu warga yang mengurus jenazah korban meninggal dunia di RS.
“Saya kurang tahu ya apa akan dikembalikan atau tidak. Saya belum ketemu lagi. Pas laporan juga orangnya langsung pulang. Setau saya sampai sekarang belum ada lagi warga yang lapor mendapatkan kejadian serupa,” ungkapnya.
Sebelumnya, terjadi kebakaran depo Plumpang pada Jumat (3/3) malam. Kebakaran hebat yang baru bisa dipadamkan pada Sabtu (4/3) itu menghanguskan ratusan rumah. Dari data BPBD DKI Jakarta, hingga Selasa (7/3), korban meninggal dunia akibat kebakaran itu sudah mencapai 19 orang.