Tajukpolitik – Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad, menilai panggilan ‘gemoy’ ke Prabowo sangat efektif menggaet pemilih muda.
Sebab, lanjut Nyarwi, sebagian pemilih muda belum menjadikan gagasan sebagai faktor penting dalam menentukan pilihan.
Oleh karena itu, Nyarwi menyebut pemilih muda akan mudah mengingat Prabowo dan menjadikan hal tersebut sebagai jalan pintas untuk membangun koneksi antara Prabowo dan pemilih muda.
“Ini yang menjadikan saya kira Prabowo memilih jalan shortcut untuk membangun koneksi sepopuler mungkin di kalangan pemilihan yang seperti itu,” ujar Nyarwi, Minggu (26/11).
Dosen Komunikasi Politik Universitas Gadjah Mada itu menjelaskan kampanye ‘gemoy’ kemungkinan besar sangat efektif menggaet pemilih mula.
Sementara itu, Nyarwi mengatakan kampanye gagasan hanya akan efektif dalam kondisi demokrasi yang ideal. Dia mengatakan hal itu memerlukan pemilih yang berkualitas.
“Bukan hanya elite yang punya kepemimpinan dalam demokrasi yang bagus, tetapi juga pemahaman pemilih pada demokrasi dan kualitas pemilih itu sendiri,” kata Nyarwi.
Namun, tambah Nyarwi, diskusi-diskusi kritis belum banyak berkembang di media sosial. Dia menilai diskusi-diskusi politik masih jauh dari permasalahan substantif.
“Yang seringkali lebih banyak dibicarakan kan hal-hal yang kini-kini tadi, kayak gemoy dan lain-lain,” jelasnya.
Sementara itu, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Cheryl Anelia Tanzil menjelaskan sebutan gemoy yang berarti menggemaskan untuk Prabowo Subianto merupakan julukan sayang dari para pendukungnya. Cheryl membantah julukan itu sebagai strategi kampanye yang diciptakan oleh tim sukses.
“Bagi generasi muda, Pak Prabowo muncul di ruang publik sebagai dirinya sendiri. Tampil beda dan apa adanya, yang mungkin tidak semua orang mengetahui sisi menggemaskannya itu,” ujar Cheryl dalam keterangan tertulis TKN di Jakarta, Sabtu (18/11).
