Lawan yang dihadapi pun bukan tim sembarangan, seperti Mali dan India, yang dipilih untuk menguji kesiapan tim secara maksimal.
Selain itu, fasilitas selama berada di Chiang Mai, Thailand, juga dinilai memadai. Mulai dari akomodasi hingga kebutuhan penunjang tim telah dipersiapkan dengan baik oleh federasi.
Meski kondisi lapangan latihan sepenuhnya menjadi tanggung jawab panitia, Sumardji menilai hal tersebut bukan faktor utama kegagalan tim.
Dari sisi komposisi pemain, Timnas Indonesia U-22 juga dihuni pemain-pemain berkualitas, termasuk kehadiran sejumlah pemain diaspora yang sebelumnya jarang tersedia di ajang serupa.
Dengan materi tersebut, Sumardji mengaku sempat optimistis tim setidaknya mampu melaju hingga partai final.
Namun kenyataan di lapangan berkata lain. Timnas U-22 hanya menjalani dua pertandingan di fase grup, yakni kalah 0-1 dari Filipina dan menang 3-1 atas Myanmar. Hasil itu tidak cukup mengantar Indonesia ke babak berikutnya.
Menurut Sumardji, faktor keberuntungan menjadi salah satu penyebab utama kegagalan.
Baca juga: Performa Timnas Indonesia Sepanjang 2025 Disorot, Hanya 3 Kali Menang dan 2 Kali Kalah Telak
Ia menyebut banyak hal di luar perhitungan yang terjadi selama turnamen, sehingga membuat langkah Garuda Muda terhenti lebih cepat dari target yang diharapkan.



