Tajukpolitik – Fungsionaris Jaringan Nusantara, Heri Sebayang, mengatakan imbas dari gugatan peninjauan kembali (PK) yang dilakukan oleh Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko terhadap kepengurusan Partai Demokrat yang dipimpin Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) adalah Presiden Jokowi harus lebih hati-hati lagi.
Sebab, dari aksi Moeldoko tersebut telah ditangkap makna jika Moeldoko dinilai punya jiwa pengkhianat.
Menurut Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Janabadra (Ikabadra) ini, mantan Panglima TNI itu berkhianat karena Ketua Majeling Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah sosok yang mengangkat karirnya di TNI. Di sisi lain, Moeldoko malah berani berupaya mengambil alih Partai Demokrat.
“Moeldoko orang yang lupa diri. Jokowi harap berhati-hati dengan Moeldoko. Diangkat oleh SBY sebagai Pangdam, Pangkostrad, KSAD dan Panglima TNI dikemudian hari ketika SBY tidak menjadi presiden, SBY dikhianati,” jelasnya, Kamis (6/4).
Ia pun mempertanyakan apakah demikian cara Moeldoko mengucapkan terima kasih pada SBY. Dikatakan Heri, sikap yang ditujukan Moeldoko ke SBY tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan ke Jokowi setelah tidak menjadi Presiden.
“Tidak menutup kemungkinan di kemudian hari jika Jokowi sudah selesai menjabat sebagai Presiden, Jokowi juga bisa diperlakukan seperti SBY,” ujarnya.
Publik bisa menilai, cara yang dilakukan Moeldoko telah merusak demokrasi. Seharusnya, Moeldoko lebih baik mendirikan partai politik, bukan malah membegal Partai Demokrat.
Untuk diketahui, aksi pembegalan Partai Demokrat yang dilakukan oleh Moeldoko sebenarnya sudah cukup lama, yakni sejak tahun 2021 lalu. Namun sayangnya aksi tersebut tidak berhasil karena dalam fakta persidangan Partai Demokrat selalu menang.
Namun, untuk aksi kali ini kelihatannya Moeldoko memperlihatkan keseriusan dan telah membuka jati diri dia yang sebenarnya seperti yang disampaikan oleh Heri Sebayang.
Bukan tidak mungkin, nanti setelah Jokowi tak lagi jadi jadi presiden, Moeldoko berkhianat seperti apa yang ia lakukan kepada SBY.
