Minggu, 12 Oktober, 2025

Mengenal Sejarah Nasi Liwet Solo, Kuliner Tradisional yang Sarat Filosofi

TAJUKNASIONAL.COM Berkunjung ke Kota Solo rasanya belum lengkap tanpa mencicipi nasi liwet, kuliner tradisional yang mudah ditemui di berbagai sudut kota.

Nasi gurih khas Solo ini disajikan bersama opor ayam atau suwiran ayam, telur kukus atau pindang, sayur labu siam, serta santan kental (areh).

Tak hanya memanjakan lidah, nasi liwet Solo juga menyimpan filosofi mendalam. Nasi putih melambangkan hati yang suci, telur menjadi simbol sumber kehidupan, sementara suwiran ayam merepresentasikan semangat berbagi.

Umumnya, hidangan ini disajikan di atas daun pisang yang menambah aroma khas, serta dinikmati secara lesehan, baik pada pagi hari maupun menjelang senja.

Sejarah nasi liwet Solo tercatat dalam karya sastra Jawa Serat Centhini yang ditulis pada 1814–1823 M. Di dalamnya, proses pembuatan nasi liwet sudah disebutkan sejak tahun 1819 M.

Menurut jurnal Destinesia Hospitality & Pariwisata (2022) karya Inti Krisnawati, hidangan ini bahkan sempat dikaitkan dengan tradisi penolak bala ketika Pulau Jawa diguncang gempa besar, disertai doa-doa memohon keselamatan.

Asal-usul nasi liwet Solo berawal dari Desa Menuran, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Awalnya, nasi liwet dimasak masyarakat untuk acara syukuran agar tuan rumah mendapatkan keselamatan dan keberkahan.

Kelezatannya kemudian dikenal luas hingga ke lingkungan istana pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwana IX (1861–1893), dan kerap disajikan dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Surakarta.

Lebih jauh, cikal bakal hidangan ini dapat ditelusuri hingga 1582 M, masa berdirinya Kerajaan Mataram Islam.

Terinspirasi dari kecintaan Nabi Muhammad SAW terhadap nasi samin, masyarakat Jawa menggantinya dengan nasi gurih berbahan santan untuk memperingati hari kelahiran Nabi.

Popularitas nasi liwet Solo kian meluas pada 1934, ketika warga Desa Menuran mulai menjajakannya di wilayah Solo dan Surakarta.

Sejak itu, nasi liwet tak hanya digemari rakyat biasa, tetapi juga menjadi santapan para bangsawan Keraton Mangkunegaran dan Kasunanan Surakarta.

Kini, nasi liwet Solo bukan sekadar kuliner, melainkan warisan budaya yang merefleksikan sejarah panjang, doa, serta nilai kebersamaan masyarakat Jawa.

Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini