Senin, 24 Februari, 2025

Luhut Gagal Nego Bunga Utang Kereta Cepat, Said Didu: Jebakan China Terjadi

TajukPolitik – Mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Muhammad Said Didu makin yakin, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) adalah jebakan utang China.

Hal itu menyusul usai China menolak menurunkan bunga utang. Negeri Tirai Bambu itu bunga sebesar 4 persen. Tapi sementara Indonesia menginginkan 2 persen.

Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Investasi, Luhut Pandjaitan yang ditugaskan negosiasi pun gagal. Kesepakatannya mentok di 3,4 persen.

Kini, China meminta APBN sebagai jaminan utang. Padahal, sejak awal pemerintah menjanjikan proyek ini tidak akan menggunakan APBN.

“Pembengkakan anggaran, penolakan penurunan bunga pinjaman dari China, dan permintaan jaminan dari China agar pinjaman dijamin APBN,” ujar Didu memaparkan persoalan megaproyek ini, dikutip dari cuitannya yang dikutip tajuknasional.com, Kamis (13/4).

Akumulasi dari sekua itu, katanya adalah bukti Indonesia masuk jebakan utang.

“Adalah fakta bahwa jebakan China pada Kereta Api cepat sudah terjadi,” ungkapnya.

Sebelumnya, Didu membeberkan dalam tahapan jebakan China di proyek KCJB. Itu disampaikan di cuitannya.

Dari awal, ia menyebut proyek ini memang sudah tak layak. Ia telah memastikannya dari dulu.

Hal itu kata dia, terindikasi dari pemerintah yang telah turun tangan mengurusi KCJB ini.

“Jadi berbagai cara untuk menyiksa rakyat, demi suksesnya proyek ini. Ini proyek jebakan, proyek jebakan China. Sekarang jebakan itu sudah jadi,” jelasnya.

Ia menjelaskan, jebakan dimaksud dilakukan dengan enam tahap. Pertama memberi tawaran pengerjaan proyek lebih murah dari Jepang. Setelah itu Indonesia memberikan proyek KBCB ke China.

Ketiga, China meminta jaminan pemerintah Indonesia. Belakangan, keempat, harga dinaikkan berkali-kali, lalu akhirnya pemerintah mendanai dengan APBN lewat PMN.

Saat ini kata dia, keempat, pemerintah minta utang ke China dengan junlah fantastis.

“Pemerintah dulu meminta China menjadi pemilik saham mayoritas. Tapi tidak mau. Itu menunjukkan dua hal, satu bahwa memang proyek ini tidak layak, dua China memang hanya mencari pelaksanaan keuntungan dari proyek,” terangnya.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini