Tajukpolitik – Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, menilai saat ini Presiden Jokowi kritik PDIP melalui anaknya, Kaesang Pangarep.
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS ini mengatakan masuknya Kaesang sebagai kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merupakan salah satu bentuk dari Jokowi kritik PDIP.
“Iya bisa jadi cara Pak Jokowi untuk memberikan sinyal kepada PDIP bahwa aturan (satu keluarga satu partai) itu nggak baik,” jelas Arya, Senin (25/9).
Arya mengatakan, cara Jokowi itu dinilai cukup halus untuk melancarkan kritik kepada partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut.
“Tapi nggak secara terang-terangan. Cara jawa lah,” kata Arya.
Menurut Arya, Jokowi telah memiliki perhitungan sendiri sebelum melancarkan kritik tersebut kepada PDIP. Karena tidak mungkin partai berlambang kepala banteng itu memecatnya.
“PDIP menurut saya nggak akan berani juga memecat Pak Jokowi,” ujar Arya.
Jokowi, kata Arya, mempunyai peran dalam menaikkan suara PDIP. Jika didepak, maka partai itu akan kehilangan banyak suara.
“Mungkin drop suaranya bisa sampai 5 persen kali, mungkin bisa lebih juga, nggak berani juga PDIP,” kata Arya.
Dalam aturan internal PDIP, anggota keluarga kader tak boleh berbeda partai. Aturan ini pernah dilanggar Gubernur Maluku Murad Ismail pada Mei lalu. Ketua DPD PDIP Maluku itu membiarkan istrinya, Widya Pratiwi, yang semula juga kader PDIP beralih ke Partai Amanat Nasional atau PAN. Akibatnya, Murad pun dipecat dari jabatannya selaku Ketua DPD PDIP Maluku. Selain dipecat, dia juga didepak dari partainya Megawati Soekarnoputri itu.
“Apakah dia (Jokowi) melawan PDIP mungkin enggak juga. Mungkin setelah ini PDIP bisa saja mengevaluasi kebijakan itu, karena itukan kebijakan yang menurut saya nggak fair juga bagi siapapun,” jelas Arya.