Tajukpolitik – Presiden RI ke-6 yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), memberikan kuliah umum di Pondok Pesantren atau Ponpes Tremas, Pacitan, Rabu (24/1).
Kedatangan SBY didampingi putra bungsunya Edhie Baskoro Yudhoyono disambut langsung para pimpinan pondok. Antara lain KH Fuad Habib Dimyathi, KH Lukman Harits Dimyathi, serta para pengasuh lain dan para santri.
Kuliah Umum SBY di Ponpes Tremas merupakan rangkaian peringatan 2 abad lembaga pendidikan Islam di Desa Tremas, Kecamatan Arjosari itu.
“Dunia tempat hidup ini tidak selalu menghadirkan hal-hal yang baik. Padahal, kehidupan manusia di abad 21 ini sudah saling terhubung, saling tergantung. Itulah yang dinamakan globalisasi,” tegas SBY di depan ribuan hadirin di halaman Ponpes Tremas.
Dalam kondisi seperti itu, lanjut SBY, Indonesia tak bisa memisahkan diri dari kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Karenanya, masyarakat dan pemimpin negara wajib mengerti apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang. Di antara banyak kemungkinan, SBY fokus menyoroti 3 hal.
Pertama, potensi gangguan dan ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas. Dia pun mencontohkan terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina yang hingga kini masih berkecamuk. Ada pula ancaman keamanan yang serius pascapecahnya perang di Timur Tengah antara Hamas dengan Israel.
“Belum di kawasan kita. Di Asia Timur antara Taiwan dengan Tiongkok. Di laut Tiongkok Selatan banyak konflik. Kalau ini makin menjadi-jadi akan menimbulkan ancaman keamanan,” kata SBY.
Oleh karena itu, SBY menegaskan bahwa pemimpin Indonesia ke depan harus memiliki cara dan solusi agar Indonesia terhindar dari dampaknya. Terutama dampak ekonomi akibat terganggunya stabilitas kawasan.
Poin kedua yang disorot SBY adalah gejolak ekonomi yang kerap melanda dunia. Jika dunia mengalami krisis, tentu saja Indonesia dengan sendirinya akan terkena imbas.
Dia pun kembali menegaskan jika pemerintahan mendatang harus mengetahui tren ekonomi dunia yang cenderung labil.
“Kembali bagaimana sesuai dengan mandat yang kita berikan kepada beliau-beliau itu, carilah jalan, carilah solusi. Bikin kebijakan dan jalankan. Meskipun ekonomi global tidak bersahabat, Insya Allah ekonomi Indonesia masih terjaga,” jelas SBY.
Ancaman ketiga menyangkut lingkungan. Yaitu terjadinya pemanasan global. Hal itu ditandai peningkatan suhu bumi yang berdampak pada perubahan iklim dan makin seringnya terjadi bencana alam. Jika masyarakat dunia tidak bergerak bersama, masa depan manusia akan gelap.
“Manusia tidak akan bisa hidup lagi di bumi karena pemanasan global yang menjadi-jadi,” tambah SBY.
Oleh karenanya, para pemimpin dunia, termasuk pemimpin Indonesia harus ikut aktif menyelamatkan bumi serta Tanah Air Indonesia. Saat ini, lanjut SBY, tantangannya adalah bagaimana para pemangku pemerintahan mulai presiden hingga bupati/wali kota serta wakil rakyat duduk bersama merumuskan solusi atas 3 masalah tersebut.