Tajukpolitik – Jeritan petani korban proyek ambisius pemerintah, yakni food estate semakin kencang. Betapa tidak, program yang seharusnya memberikan kesejahteraan untuk petani justru membawa petaka.
Seperti yang dialami oleh seorang petani asal Gunung Mas, Kalimatan Tengah, Rangkap. Ia mengatakan sejak program food estate digerakkan ia tidak pernah panen lagi. Padahal, ia telah mengorbankan lahan pohon karet sebanyak 4 hektare.
“Hutan habis, singkongnya tidak jadi (tidak bisa dipanen). Siapa yang rugi? Pemerintah yang rugi. Masyarakat yang terkena dampaknya. Siapa yang tidak marah. Sudah berapa puluh tahun, pohon karet sudah mau disadap. Kok malah digusur?,” ungkapnya dilansir dari video instagram BBCIndonesia, Rabu (15/3).
Rangkap menyebut empat hektare lahan yang digarapnya secara turun-temurun rusak karena program food estate atau lumbung pangan nasional.
Tak hanya Rangkap yang menjadi korban, Sarianto seorang Petani di Mantangai Hulu, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, juga mengalami hal yang serupa. Ia menjadi korban program ambisius pemerintah yang ingin mengembangkan food estate beras di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.
Namun sayangnya, program tersebut lagi-lagi tak berhasil. Ada 17 ribu hektare lebih sawah baru yang tidak kunjung berhasil panen, termasuk lahan Sarianto.
Petani mengaku tidak mendapat pelatihan yang cukup untuk menanam padi sawah.
“Mereka bilang ditebar saja bibitnya, tidak apa-apa. Bisa tumbuh sendiri, kata mereka. Tapi sampai sekarang tidak ada yang mau ikut menebar bibit, karena tidak masuk akal. Bisa ditebar apabila airnya itu tidak terlalu dalam, memang bisa. Tapi kalau air dala mana bisa bibitnya hidup? Tunasnya tidak bisa tumbuh,” ungkap Sarianto.
Untuk diketahui, Presiden Jokowi menggagas program food estate di beberapa wilayah untuk mencegah potensi krisis pangan. FAO sudah memberikan peringatan bahwa krisis pangan akan melanda dunia karena pandemi, juga karena musim yang tidak bisa diatur dan diprediksi
Pemerintah membabat 600 hektare hutan di Gunung Mas, untuk dijadikan lahan singkong dengan target 30 ribu hektare. Tapi, 600 hektare lahan singkong di Desa Tewai Baru, mangkrak.
Ribuan hektare lainnya juga gagal panen karena kondisi tanah yang tidak cocok. Singkong di lahan food estate Gunung Mas berukuran kecil seperti wortel.
Tentu saja dengan berbagai kegagalan food estate ini dapat dijadikan pelajaran untuk pemerintah agar jeritan petani berubah menjadi tawa bahagia mereka.