Tajukpolitik – Harga telur ayam yang terus meroket di pasar tradisional wilayah Kota Blitar, Jawa Timur, membuat para pembeli mengurangi konsumsi telur.
Salah seorang pembeli, Ninda Alivia, pun keberatan dengan harga telur ayam yang terus naik. Padahal, setiap hari ia harus beli 4 kilogram.
Akibat kenaikan harga tersebut, Ninda terpaksa harus mengurangi konsumsi telur. Saat ini ia dan keluarga hanya mampu membeli 2 kilogram.
“Harga telur ayam kini Rp 30.000 per kilogram, setiap hari butuh sekitar 4 kilogram ayam, karena karena harga naik nilainya agak dikurangi jadi 2 kilogram,” jelas Ninda.
Untuk diketahui, harga telur ayam di pasar tradisional mulai merangkak naik dari semula Rp 28.000 per kilogram kini menjadi Rp 30.000 per kilogram.
Banyak pihak menduga kenaikan harga ini disebabkan oleh kenaikan harga pakan. Hal ini disampaikan oleh salah seorang pedagang telur ayam, Sendyta Kusuma.
Ia menduga kenaikan harga ini karena harga pakan ayam yang juga naik.
“Mungkin harga pakan naik. Ini kan permintaan pasar, jadi naik,” ungkap Sendyta.
Pedagang di Pasar Pon, Kota Blitar ini menyebut kenaikannya sudah terjadi sejak sekitar empat hari lalu. Ia menceritakan awalnya hanya 25 ribu rupiah per kilogram, namun lambat laun mulai naik hingga kini mencapai 30 ribu rupiah per kilogram.
“Satu mingguan lalu harganya Rp 25,000 per kilogram sampai Rp 26.000 per kilogram. Ini naik terus sampai Rp 30.000 per kilogram,” jelas Sendyta, Jumat (12/5).
Dari fenomena tersebut, dapat disimpulkan jika pemerintah tidak bisa mengendalikan harga sembako. Setelah hari raya idul fitri, harga kebutuhan pokok terus merangkak naik.
Tak hanya telur, beberapa harga sembako yang naik yakni beras, bawang merah, bawang putih dan cabai.
Melihat kondisi ini, kita punya kesimpulan jika sebenarnya Indonesia saat ini tidak sedang baik-baik saja.