Tajukpolitik – Data Bank Central Asia (BCA) Spending Index menunjukkan rata-rata indeks belanja masyarakat selama bulan Ramadan tahun 2023 ini sebesar 126,5.
Catatan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata indeks belanja masyarakat pada bulan Ramadan tahun 2022 lalu yang mencapai 139,7.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Ekonom BCA David Sumual, mengakui memang tingkat konsumsi masyarakat pada Ramadan tahun ini tidak setinggi yang diharapkan.
“Tidak setinggi tahun lalu. Tidak seperti yang diharapkan. Namun, ini tetap lebih tinggi dibandingkan dengan masa pandemi Covid-19,” tutur David, Selasa (9/5).
Menurut analisa David, ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penurunan belanja masyarakat.
Pertama, penurunan harga komoditas yang mendorong pelemahan daya beli masyarakat yang berkecimpung dalam lapangan kerja terkait.
Kedua, adanya perlambatan ekonomi beberapa sektor ekonomi seperti teknologi, sehingga mengurangi daya beli masyarakat di lapangan kerja terkait.
Ketiga, ada pengurangan tenaga kerja yang membuat masyarakat harus hati-hati dalam berbelanja.
Keempat, adanya berita mengenai ketidakpastian global yang kemudian membuat masyarakat kelas menengah dan atas untuk mengerem konsumsi.
Melihat kondisi tersebut, David sangat mengharapkan agar ke depannya belanja masyarakat semakin meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Tak hanya mengharapkan peningkatan pertumbuhan ekonomi, David menyebut nilai tukar rupiah perlu diperkuat karena nilai tukar rupiah yang menugat dapat menekan inflasi impor (imported inflation) yang berujung pada perbaikan ekonomi masyarakat.
Namun sayang seribu kali sayang, sampai sekarang pemerintah belum bisa berbuat banyak untuk meningkatkan daya beli ataupun belanja masyarakat.
Pemerintah memang mengklaim jika pertumbuhan ekonomi naik, namun hal tersebut tak dibarengi dengan peningkatan daya beli masyarakat. Pertumbuhan ekonomi naik yang diklaim pemerintah justru tidak mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat kelas menegah ke bawah.
Terlihat jika pemerintah hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tanpa peduli siapa yang mendapatkan keuntungan dari peningkatan pertumbuhan ekonomi.