Satu warga dilaporkan mengalami luka dan telah mendapat perawatan medis.
Kerugian material mencakup tiga rumah terdampak, termasuk satu ruko, serta beberapa akses jalan yang tertutup material longsor.
Di Tapanuli Selatan, banjir dan longsor menimbulkan dampak paling signifikan.
Delapan warga meninggal dunia, 58 luka-luka, dan 2.851 orang terpaksa mengungsi.
Bencana ini tercatat memengaruhi 11 kecamatan, dengan puluhan rumah rusak dan sejumlah infrastruktur terganggu.
Sementara itu, di Tapanuli Utara, sebanyak 50 rumah terdampak dan dua jembatan putus akibat banjir dan longsor.
BPBD merekomendasikan jalur alternatif Pangaribuan–Silantom untuk mendukung mobilitas warga.
Baca juga: BPBD Catat 42 RT di Jakarta Dilanda Banjir, Ini Lokasinya!
Adapun Tapanuli Tengah melaporkan 1.902 rumah terendam banjir di sembilan kecamatan. BPBD setempat telah mendirikan tenda pengungsian serta menyalurkan bantuan logistik.
BMKG menjelaskan bahwa cuaca ekstrem ini dipicu oleh dua sistem cuaca signifikan, yaitu Siklon Tropis KOTO di Laut Sulu dan Bibit Siklon 95B di Selat Malaka, yang meningkatkan curah hujan dan angin kencang di wilayah Sumatera Utara.
Hingga kini, pendataan dampak bencana masih berlangsung dan berpotensi bertambah.



