TAJUKNASIONAL – Sebelum wafat di usia 88 tahun, Paus Fransiskus sempat berjuang melawan sejumlah komplikasi kesehatan, termasuk pneumonia bilateral.
Pemimpin umat Katolik dunia itu pertama kali dirawat di Rumah Sakit Agostino Gemelli, Italia, pada 14 Februari 2025 akibat bronkitis.
Namun, kondisinya memburuk dan ia didiagnosis menderita pneumonia bilateral, infeksi serius yang menyerang kedua sisi paru-paru.
Melansir WebMD, pneumonia bilateral atau pneumonia ganda adalah infeksi yang menyebabkan peradangan di kedua paru.
Penyebabnya bisa berupa bakteri, virus, atau jamur. Infeksi ini sangat berbahaya, terutama bagi lansia dan penderita penyakit penyerta, karena berpotensi menyebabkan gagal napas.
Salah satu bentuk paling parah adalah bilateral interstitial pneumonia, yang menyerang jaringan di sekitar alveoli (kantung udara di paru-paru). Kondisi ini dapat menyebabkan fibrosis atau jaringan parut, sehingga mengganggu fungsi paru secara signifikan.
Gejala umum pneumonia bilateral meliputi demam tinggi, batuk kering berkepanjangan, sesak napas, nyeri dada saat batuk atau bernapas, dan kelelahan berat.
Hasil CT scan biasanya menunjukkan pola khas bernama ground glass opacity, menandakan adanya peradangan serius di jaringan paru.
Diagnosis pneumonia bilateral dilakukan melalui rontgen atau CT scan dada, tes fungsi paru, hingga bronkoskopi.
Penanganannya tergantung pada penyebab infeksi, mulai dari antivirus seperti Remdesivir, hingga kortikosteroid dan obat imunosupresif untuk mengurangi peradangan.
Kasus yang menimpa Paus Fransiskus menjadi pengingat serius akan bahaya pneumonia bilateral.
Penyakit ini bukan sekadar flu berat, melainkan infeksi paru yang bisa berujung fatal, khususnya bagi kelompok rentan seperti lansia dan penderita penyakit kronis.