TajukNasional Langkah Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni, yang juga Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI), merekrut sebelas kader PSI ke dalam Tim Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 menuai kritik tajam.
Analis komunikasi politik Hendri Satrio (Hensat) menyindir keputusan tersebut dengan gaya satire melalui akun X miliknya pada Minggu, 9 Maret 2025.
Hensat menilai bahwa langkah ini menunjukkan PSI tidak berbeda dengan partai-partai lama yang selama ini mereka kritik.
“Ngapain mengkritik menteri yang ngasih kerjaan warga separtai, lah emang kemampuannya cuma segitu dan begitu,” tulis Hensat dengan nada sarkastik.
Ia juga menyindir bahwa sejumlah kader PSI yang direkrut kemungkinan memang sedang menganggur, sehingga kebijakan ini bisa dianggap sebagai bagian dari program penciptaan lapangan kerja.
“Warga yang dikasih pekerjaan emang nggak punya kerjaan, itung-itung berpartisipasi dalam penyediaan 19 juta lapangan pekerjaan. Ya nggak?” lanjutnya.
Lebih lanjut, Hensat menyoroti sikap PSI yang selama ini mengusung citra sebagai partai anak muda yang membawa perubahan, tetapi justru mengikuti pola rekrutmen kader ke jabatan strategis sebagaimana partai-partai lama.
“Partai anak muda ndasmu. Giliran ada jabatan, ngikutin gaya partai lama. Ya nggak?” sindir founder Lembaga Survei Kedai KOPI tersebut.
Struktur Tim FOLU Net Sink 2030 sendiri tertuang dalam Kepmen Kehutanan No. 32/2025. Dalam keputusan tersebut, 11 kader PSI yang masuk ke tim antara lain Andy Budiman sebagai Dewan Penasehat, Kokok Dirgantoro sebagai anggota bidang Pengelolaan Hutan Lestari, serta Endika Fitra Wijaya sebagai Staf Kesekretariatan bidang Pengelolaan Hutan Lestari.
Selain itu, terdapat nama Sigit Widodo, Rama Hadi Prasetya, Furgan Amini Chaniago, Nandya Maharani Irawan, Andi Syaiful Oeding, Yus Ariyanto, Nurtanti, dan Suci Mayang Sari yang menempati berbagai posisi dalam tim tersebut.
Rekrutmen ini menimbulkan polemik di kalangan publik, dengan kritik utama terkait praktik politik yang dinilai nepotistik.