TajukPolitik – Banyak emak-emak, pedagang warteg, penjual nasi padang, hingga penjual eceran telur mengeluhkan mahalnya harga telur yang sudah terjadi sejak sebulan yang lalu.
Aisyah, pedagang Warteg di Cikini, Jakarta Pusat, mengatakan harga telur ayam sudah mencapai Rp34.000 per kilogram.
Aisyah tidak berani menaikkan harga menu telur ayam yang ia jual di wartegnya. Sebab ia khawatir pelanggannya kabur.
“Telur mahal di Rp34.000 belinya. Kalau jual di warteg jualnya Rp 5.000 satu butir. Kalau sama nasi dan sayur Rp10.000. Kalau harga (makanan) enggak bisa dinaikin, kalau dinaikkin nanti langganan pada kabur,” ujar Aisyah.
Untuk keuntungannya sendiri, Aisyah mengaku, meraup tak sampai Rp 1.000. “Yasudahlah walaupun untungnya dikit tetep jual. Sekarang cukup buat makan doang, enggak nyampe Rp 1.000 untungnya,” kata Aisyah.
Yanti, pedagang warung nasi padang, juga ikut pusing karena harga telur ayam mahal. Sebab ia juga tidak berani menaikkan harga makanannya karena khawatir ditinggal pelanggan.
“Kalau sepi ya nombok, untung juga dikit. Cuma bisa makan ajalah. Apalagi kalau mau naikkan harga, enggak akan, takut,” kata Yanti.
Seorang emak-emak yakni Dirna, ibu rumah tangga yang tinggal di Slipi, Jakarta Barat.
Dia menyebutkan biasanya harga telur ayam di kisaran Rp 27.000 per kilogram. Tetapi saat ini, harga telur ayam sudah menembus di atas Rp 30.000 per kilogram.
Lah sekarang Rp 32.000, kemarin sempat Rp 34.000 atau Rp 35.000 per kilogram,” ujar Dirna seprti yang dikutip dari Kompas.com, Jakarta, Minggu (28/5).
Meski harga telur ayam mahal, Dirna tetap membeli telur tersebut karena untuk menu makanan keluarganya. Namun ia mengakui mengurangi makan telur agar keuangannya tidak terbebani harga telur yang mahal.
“Ya gimana ya, ibu-ibu kan harus cerdas-cerdas,” kata Dirna.