TAJUKNASIONAL.COM Jepang resmi mencatatkan sejarah baru. Politikus ultra-konservatif Sanae Takaichi terpilih menjadi Perdana Menteri perempuan pertama dalam sejarah Negeri Matahari Terbit, menggantikan Shigeru Ishiba yang mengundurkan diri pada September 2025 lalu.
Pemungutan suara di Majelis Rendah Parlemen Jepang pada Selasa (21/10) sore waktu Tokyo menetapkan Takaichi sebagai perdana menteri setelah meraih 237 suara dukungan.
Jumlah ini cukup untuk membentuk pemerintahan dengan mayoritas sederhana (simple majority).
Langkah resmi Takaichi akan dilanjutkan dengan pertemuan bersama Kaisar Naruhito untuk menjalani upacara pelantikan sebagai perdana menteri baru Jepang.
Baca Juga: Presiden Prabowo Umumkan Indonesia Akan Punya Mobil Buatan Sendiri dalam 3 Tahun!
PM Perempuan Pertama dalam Sejarah Jepang
Takaichi, 64 tahun, dikenal sebagai tokoh politik berhaluan ultra-konservatif dan keras terhadap China.
Ia juga dikenal sebagai figur yang sering disamakan dengan mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher karena gaya kepemimpinan tegas dan retorika nasionalismenya.
Takaichi sebelumnya menjabat sebagai ketua Partai Demokrat Liberal (LDP), menggantikan Ishiba pada pemilihan internal partai yang digelar 4 Oktober lalu.
Dalam pidato usai pengumuman, Takaichi berjanji akan “memperkuat ekonomi Jepang dan membentuk kembali negara ini agar bertanggung jawab bagi generasi mendatang.”
Krisis Politik dan Tantangan Koalisi Baru
Meski berhasil menjadi PM, Takaichi menghadapi ujian politik berat sejak awal.
Baca Juga: Untung Rugi Timnas Indonesia, Jika Jepang Berhasil Keluar dari AFC dan Bentuk Federasi Asia Timur
Enam hari setelah kemenangannya, Partai Komeito memutuskan keluar dari koalisi pemerintahan LDP karena keberatan atas pandangan konservatif ekstrem Takaichi dan keterlibatan partai dalam skandal dana gelap.



