Senin, 29 September, 2025

Sosok Ketua DPR Aceh Zulfadhli yang Tawarkan Aceh Pisah dengan Pusat saat Demo

TAJUKNASIONAL.COM – Pernyataan mengejutkan datang dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Zulfadhli, yang di tengah aksi besar-besaran rakyat Aceh menawarkan opsi referendum untuk memisahkan diri dari pusat.

Sikap ini sontak mengguncang massa yang berunjuk rasa di depan Gedung DPRA, Senin (1/9/2025).

Di tengah lautan demonstran yang menyuarakan berbagai aspirasi, politisi Partai Aceh yang akrab disapa Abang Samalanga itu bahkan menawarkan penambahan poin paling radikal dalam pakta integritas tujuh tuntutan rakyat, yakni referendum untuk memisahkan Aceh dari pusat.

“Atau mau tambah satu poin lagi, minta pisah saja Aceh dari pusat. Kalau tidak, biar saya tambahkan dan teken,” ucap Zulfadhli dengan suara tegas, yang langsung disambut riuh dukungan massa.

Perjalanan Karier Politik Zulfadhli

Zulfadhli dikenal sebagai salah satu wakil rakyat yang vokal di parlemen Aceh. Ia sering mengkritisi eksekutif terkait pengelolaan APBA (Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh) dan memperjuangkan agar daerah pemilihannya di Kabupaten Bireuen mendapat perhatian lebih baik.

Baca juga: AHY Soal Fasilitas Umum yang Rusak: Pemerintah Akan Segera Lakukan Perbaikan

Karier politiknya dimulai saat ia maju sebagai calon anggota DPRA dari Dapil Aceh III (Bireuen) pada Pemilu 2014 dan berhasil melenggang ke kursi legislatif.

Pada Pemilu 2019, ia kembali mendapat kepercayaan rakyat untuk duduk di DPRA periode 2019–2024, mewakili Partai Aceh.

Latar Belakang dan Pendidikan

Pria kelahiran Samalanga, 14 Februari 1972, ini lahir dari keluarga yang menekankan pendidikan dan pengabdian masyarakat.

Ayahnya, Muhammad Adam Husen, adalah ketua kelompok tani yang pernah menerima penghargaan langsung dari Presiden Soeharto di Istana Negara.

Sementara ibunya, Hj. Husna Husen, merupakan seorang guru sekaligus kepala sekolah dasar di Samalanga.

Sejak muda, Zulfadhli sudah ditempa pendidikan agama di Dayah Arongan sekaligus menempuh pendidikan formal di sekolah negeri.

Ia menamatkan SD Simpang Mamplam (1985), SMP Simpang Mamplam (1988), dan SMA Negeri 1 Samalanga jurusan Fisika.

Baca juga: Presiden Prabowo dan Rakyat Bersatu; Lawan Provokator, Jaga Indonesia!

Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Politeknik Unsyiah (kini Politeknik Negeri Lhokseumawe), jurusan Teknik Mesin, spesialisasi maintenance.

Jejak Kombatan GAM

Kehidupan Zulfadhli berubah drastis pada 1997 ketika ia bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Ia berlatih militer di Jeunib bersama instruktur jebolan Kamp Tanzura, Libya. Loyalitasnya terhadap perjuangan Aceh membuatnya menjadi salah satu kombatan yang patuh pada arahan pimpinan.

Setelah penandatanganan Perjanjian Damai Helsinki pada 15 Agustus 2005, Abang Samalanga memilih turun gunung dan kembali ke masyarakat.

Ia kemudian membangun usaha galian C yang berkembang pesat, sebelum akhirnya terjun ke dunia politik.

Meski kerap menuai kontroversi, Zulfadhli tetap memiliki basis dukungan yang kuat, terutama di Bireuen.

Sosoknya dianggap mewakili suara rakyat kecil, sekaligus simbol dari jejak panjang perjuangan Aceh yang belum sepenuhnya selesai.

Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini