TAJUKNASIONAL.COM – Sutradara Hanung Bramantyo menanggapi polemik film animasi Merah Putih One For All yang belakangan menjadi sorotan publik.
Film produksi Perfiki Kreasindo ini menuai kritik setelah merilis trailer menjelang HUT ke-80 RI, karena kualitas visualnya dinilai kaku dan belum maksimal.
Bahkan, warganet membandingkannya dengan animasi lokal yang dinilai lebih sukses seperti JUMBO.
Kontroversi kian ramai setelah terungkap bahwa biaya produksi film tersebut mencapai sekitar Rp6,7 miliar.
Menurut Hanung, jumlah tersebut terlalu kecil untuk menghasilkan animasi berkualitas.
Melalui unggahan Insta Story, sutradara Gowok itu menyebut bahwa dengan anggaran sekitar Rp6 miliar setelah pajak, sulit menghasilkan karya yang mumpuni, bahkan jika dana tersebut digunakan sepenuhnya tanpa penyalahgunaan.
“Rp 7 miliar untuk film animasi, potong pajak 13 persen jadi kisaran Rp 6 miliar. Kalau toh tidak dikorupsi, hasilnya tetap jelek!” tulis Hanung.
Ia menilai, standar anggaran yang realistis untuk animasi berkualitas setidaknya Rp30 miliar untuk produksi, ditambah Rp10 miliar untuk promosi, dengan proses pengerjaan sekitar lima tahun.
Hanung juga secara terbuka meminta Menteri Kebudayaan beserta wakilnya, Fadli Zon dan Giring Ganesha, untuk turun tangan.
Ia mengusulkan penayangan film yang dijadwalkan pada 14 Agustus 2025 itu ditunda, agar para kreator memiliki waktu menyempurnakan karyanya.
“Fadli Zon dan Giring, bapak-bapak mohon ditunda penayangannya, dan dibantu menyelesaikan hingga menghasilkan karya yang bagus,” ungkapnya.
Merah Putih One For All mengusung misi menyebarkan semangat persatuan lewat kisah petualangan delapan anak dari berbagai suku di Indonesia. Pada 17 Agustus 2025, film ini akan menawarkan harga tiket spesial Rp17.000 untuk merayakan Hari Kemerdekaan.
Baca dan Ikuti Media Sosial Tajuk Nasional, KLIK DISINI