TAJUKNASIONAL.COM – Kementerian Transmigrasi Republik Indonesia kini mengusung pendekatan baru dalam program penempatan warga transmigran. Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara menegaskan bahwa proses transmigrasi tidak akan dilakukan sebelum para pengambil keputusan mengalami langsung kondisi wilayah tujuan. Prinsip ini disebut sebagai kebijakan “rasakan dulu, baru tempatkan”.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam dialog terbuka bersama masyarakat dan pemangku kepentingan di Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Transmigrasi (BBPPMT) Yogyakarta, Kamis (3/7/2025). Dalam kesempatan itu, Menteri Iftitah menyampaikan bahwa pendekatan baru ini merupakan langkah korektif terhadap praktik-praktik lama yang kerap mengabaikan realitas di lapangan.
“Transmigrasi bukan sekadar pemindahan orang, melainkan perpindahan kehidupan. Rasa aman, rasa nyaman, bahkan rasa bahagia harus ikut berpindah,” ujarnya menekankan.
Sebagai wujud implementasi, Menteri Iftitah bahkan telah secara langsung menginap di salah satu calon lokasi transmigrasi di Rempang. Tujuannya jelas—menguji kelayakan kawasan secara personal sebelum memberi persetujuan atas penempatan. “Saya menginap di Rempang agar bisa merasakan langsung. Kalau saya saja tidak merasa nyaman, bagaimana mungkin warga yang kita tempatkan bisa nyaman?” kata Menteri.
Hasil dari peninjauan tersebut menunjukkan masih minimnya fasilitas vital seperti layanan pendidikan, kesehatan, pasar, hingga sarana ibadah. Iftitah menyebutkan bahwa aspek-aspek penunjang seperti tempat bersosialisasi dan fasilitas olahraga pun perlu dipertimbangkan demi menciptakan lingkungan hidup yang utuh dan menyeluruh.
Untuk menjamin kebijakan ini berjalan di seluruh tingkatan pelaksana, Kementerian Transmigrasi juga akan mewajibkan para instruktur transmigrasi untuk tinggal dan merasakan langsung suasana lokasi penempatan selama minimal satu pekan sebelum menjalankan pelatihan.
“Mereka harus memahami kondisi lapangan secara nyata. Sebab, kepercayaan diri dan kredibilitas tidak bisa dibangun hanya dari teori,” ucap Iftitah.
Kementerian optimistis bahwa pendekatan berbasis empati ini akan menciptakan kawasan transmigrasi yang benar-benar layak huni dan mampu memantik semangat transmigran untuk bertahan serta berkembang. Selain meningkatkan efektivitas anggaran, kebijakan ini juga diharapkan menghasilkan pusat-pusat ekonomi baru yang mandiri dan membawa kebahagiaan bagi warganya.
Dengan mengedepankan keterlibatan langsung dan pendekatan kemanusiaan, Kementerian Transmigrasi berkomitmen menjadikan program ini lebih berkelanjutan dan berdampak nyata bagi masa depan para transmigran — yang oleh Menteri Iftitah disebut sebagai pahlawan pembangunan bangsa.
IKUTI BERITA TERBARU TAJUK NASIONAL, MELALUI MEDIA SOSIAL KAMI