Selasa, 31 Desember, 2024

Siti Zuhro Sarankan Masyarakat Dorong Parpol Hadirkan Lebih dari Dua Capres

TajukPolitik – Komitmen parpol yang terjalin hingga kini belum bisa menjamin gambaran koalisi sesungguhnya untuk pilpres 2024.

Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Siti Zuhro menilai peta koalisi masih akan berubah hingga 2024. Semua partai masih melakukan penjajakan dan komunikasi politik. Partai saling menjajaki kemungkinan-kemungkinan untuk pilpres 2024.

“Itu tidak mudah disimpulkan. Kalau saya (menilai) masih dalam taraf saling menjajaki. Mereka butuh chemistry, butuh platform yang sama dan saling menguntungkan. Tentu mereka berpikir dua hal, pileg-nya oke, pilpres-nya oke,” kata peneliti Pusat Riset Politik di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro, Senin (26/9).

Melihat dinamika politik yang sedemikian cair, Siti Zuhro menilai butuh partisipasi aktif dari publik dan suara dari masyarakat sipil untuk mendorong agar Pilpres tidak diikuti hanya dua pasangan calon (paslon). Pilpres 2019 sudah cukup memberikan pelajaran atas dampak yang ditimbulkan ketika hanya ada 2 paslon.

“Jadi menurut saya, kalau kita enggak aktif seperti 2014 dan 2019, pasti dua poros, yang mereka sukai saja. Untuk apa pisah-pisah, bikin energi terkuras, toh enggak menang. Maka, sekarang ini sangat tergantung pada civil society,” ujarnya.

Untuk itu, Zuhro menambahkan, masyarakat sipil harus mendorong partai politik agar menjalankan fungsi representasi dengan menghadirkan lebih dari 2 paslon capres-cawapres pada 2024.

“Jadi kalau civil society-nya kuat menyuarakan bahwa pelajaran dua kali pemilu membuat kita ini fungsi representasi yang harusnya dilakukan partai-partai, tidak dilakukan. Itu yang harus terus dinuansakan dan dampak-dampak dari hanya dua pasangan calon. Kalau kita diam, civil society-nya diam, ya mereka melenggang,” demikian Siti Zuhro.

Sementara itu, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Multimedia Nusantara, Silvanus Alvin menilai bongkar pasang koalisi masih akan dinamis, seturut situasi politik, sampai titik final.

“Memang untuk koalisi parpol yang dikatakan final itu tentu tergantung dari situasi politik yang berkembang. Bisa saja ada kejadian-kejadian yang belum kita tahu,” kata Alvin. Namun dalam berkoalisi, partai akan memperhatikan kebutuhan partainya dulu baru koalisi.

“Masing-masing pasti tidak mau jadi beban, dalam koalisi ada partai yang jadi beban, maka partai lain pakai strategi mutusin buntut ekor cicak,” ungkap Alvin.

- Advertisement -spot_imgspot_img
Berita Terbaru
- Advertisement -spot_img
Berita Lainnya
Rekomendasi Untuk Anda
- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini