TajukPolitik – Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Irwan Fecho meminta Politikus PDIP Adian Napitupulu belajar memahami esensi perencanaan pembangunan berjangka pendek, menengah, dan panjang dalam bernegara.
Imbauan itu disampaikan Irwan Fecho merespons cara Adian membandingkan pembangunan era Jokowi dan SBY. Irwan mengingatkan Adian untuk berpikir secara adil.
“Kemiskinan literasi Adian mendorong pesan moral yang disampaikan AHY menjadi kabur dan malah dilarikan perbandingan infrastruktur Jokowi dan SBY saat berkuasa… Adian bicara pembangunan infrastruktur tapi hanya bicara hasil akhir,” ujar Irwan dalam keterangannya, Selasa (20/9)
Irwan menyebut Adian lupa bahwa infrastruktur Jokowi dilaksanakan berdasarkan sebagian besar perencanaan yang tuntas dan sudah dimulai saat pemerintahan sebelumnya berakhir.
Selain soal infrastruktur, menurutnya, masalah utang negara hingga pertumbuhan ekonomi juga harus dibandingkan oleh Adian jika mau mengukur pemerintahan yang lebih berhasil di antara SBY dan Jokowi.
“Kalau Adian ingin membandingkan pencapaian kekuasaan ya harus adil sejak pikiran. Jangan cuma terkait infrastruktur itu yang dibandingkan. Besaran utang negara, penurunan angka kemiskinan, pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi, penurunan angka pengangguran, demokrasi, dan masih banyak lainnya. Itu namanya perbandingan kekuasaan,” kata Irwan.
Irwan menerangkan, terkait besaran utang negara diketahui bahwa rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia paling rendah antarnegara G20 terjadi di era SBY. Menurutnya, SBY berhasil menurunkan rasio utang menjadi 24,7 persen terhadap PDB, sementara saat ini utang negara Rp7.163 triliun, melonjak jauh dari terakhir era SBY Rp2.608 triliun.
Dia melanjutkan, penurunan angka kemiskinan di era SBY jauh lebih baik dibandingkan saat ini. Menurutnya, 8,6 juta penduduk Indonesia keluar dari kemiskinan pada periode 2004-2014.
“Kemiskinan turun 5,8 persen dari 16,7 persen menjadi 10,9 persen. Bandingkan saja dengan sekarang selama delapan tahun sejak 2014, kemiskinan hanya turun 1,1 persen, artinya dari 2014 sebesar 10,9 persen hanya turun ke 9,8 persen. Sedikit banget. Tapi yang diglorifikasi 1 digitnya,” ucap Ketua DPD Partai Demokrat Kalimantan Timur itu.
Terakhir, Irwan membandingkan pertumbuhan ekonomi di era SBY dan Jokowi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi di era SBY mencapai 3,5 kali lipat dengan rata-rata 6-7 persen, kemudian PDB naik 350 persen dari US$256,84 miliar menjadi US$890,81 miliar.
“Sementara itu, pemerintahan Jokowi baru naik 1,5 kali lipat dari US$890,81 miliar menjadi US$1.190 miliar” sambungnya.
Hubungan antara PDIP dengan Partai Demokrat memanas beberapa hari terakhir. Ketegangan itu dipicu pidato AHY di Rapimnas Partai Demokrat 2022 pada Kamis (15/9) lalu.
AHY menyindir pemerintahan Jokowi hanya menggunting pita proyek infrastruktur SBY. Dia juga menyindir program bantuan langsung tunai (BLT) kenaikan harga BBM.
“Dulu dihina-hina BLT kita. ‘Apa itu BLT, hanya untuk menghamburkan uang negara?’ Dibilang kita tak punya cara lain. Padahal itulah cara yang bijaksana untuk membantu rakyat miskin,” kata AHY pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Demokrat di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Kamis (15/9).’
Adian kemudian merespons dengan membeberkan sejumlah perbandingan data infrastruktur selama dua periode masa pemerintahan SBY dan masa pemerintahan Jokowi. Adian mengaku kasihan kepada AHY lantaran salah menyampaikan data di depan publik.
“Saran untuk teman teman di Partai Demokrat, tolong jangan jerumuskan AHY. Kan kasihan sudah sewa tempat mahal, bicara di hadapan 3.000 kader, pakai sound system ribuan watt, diliput banyak media. Eh, data yang disampaikan salah total,” kata Adian melalui keterangan tertulis yang diterima, Minggu (18/9).