TajukNasional Kehadiran selebriti dan pengusaha Raffi Ahmad di kediaman Presiden terpilih Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, beberapa hari lalu menuai perhatian publik.
Banyak yang mempertanyakan kapasitas Raffi untuk menjadi menteri atau wakil menteri di kabinet mendatang.
Direktur Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menilai posisi tersebut idealnya diisi oleh individu yang memiliki pemahaman mendalam tentang birokrasi serta pengalaman di bidang yang akan diemban.
“Kapasitas menteri atau wamen yang utama adalah memahami birokrasi. Diperlukan sosok yang berpengalaman dalam organisasi dan menguasai bidang yang akan dikelola,” ujar Dedi.
Dedi mengakui bahwa Raffi dikenal sebagai sosok sukses di dunia hiburan dan bisnis. Namun, ia berpendapat bahwa latar belakang tersebut tidak cukup untuk menunjukkan kapasitasnya dalam mengelola birokrasi pemerintahan.
Mengingat Raffi merupakan salah satu anggota tim sukses Prabowo pada pemilu lalu, spekulasi muncul bahwa pemanggilan Raffi mungkin lebih didorong oleh faktor balas budi politik ketimbang kompetensi.
“Besar kemungkinan, kapasitas bukan lagi menjadi pertimbangan utama, melainkan karena Raffi telah membantu pemenangan dalam Pilpres,” lanjut Dedi.
Ia menekankan kekhawatiran bahwa penunjukan menteri bisa didasarkan pada balas jasa politik alih-alih kemampuan dan integritas.
“Ini mengkhawatirkan, di mana kabinet berpotensi diisi oleh tokoh-tokoh yang sekadar mendapat balasan jasa, bukan karena kapasitas dan integritas,” pungkasnya.
Dengan penantian masyarakat terhadap susunan kabinet mendatang, perdebatan mengenai kriteria pemilihan menteri ini menjadi semakin penting, terutama untuk memastikan bahwa pemerintah yang dibentuk mampu mengelola negara dengan baik.
