TajukNasional Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi, mengingatkan presiden terpilih Prabowo Subianto agar tidak terlihat seolah-olah mengemis dukungan dari Megawati Soekarnoputri dan PDI Perjuangan (PDIP).
Menurutnya, dengan kekuatan 80 persen kursi di parlemen, Prabowo harus lebih percaya diri menjalankan pemerintahan meskipun tanpa dukungan dari PDIP.
“Jangan sampai rencana pertemuan dengan Megawati dan keinginan Prabowo untuk memerintah tanpa partai oposisi menimbulkan kesan mengemis dukungan dari Megawati dan PDIP,” ujar Haidar dalam keterangannya, Senin (16/9).
Haidar menegaskan bahwa situasi saat ini sangat berbeda dibandingkan lima tahun lalu. Pada tahun 2019, Prabowo memutuskan bergabung dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang didukung oleh Megawati dan PDIP. Saat itu, posisi Prabowo adalah pihak yang kalah dalam pemilu. Namun, pada Pemilu 2024, Prabowo telah berada di posisi pemenang.
“Tidak elok jika Prabowo, sebagai pemenang, justru terkesan mengemis dukungan dari pihak yang kalah,” ujar Haidar.
Haidar juga mengingatkan bahwa pada tahun 2019 masih ada tiga partai politik yang berada di luar pemerintahan setelah Prabowo dan Gerindra bergabung.
Namun, kini hanya tinggal PDIP yang belum masuk ke dalam pemerintahan. Jika PDIP juga bergabung, tidak akan ada lagi kekuatan penyeimbang, yang menurut Haidar, akan berdampak buruk bagi demokrasi dan pemerintahan Prabowo.
“Saya setuju dengan Prabowo bahwa demokrasi Pancasila berlandaskan asas gotong-royong, namun gotong-royong tidak harus dilakukan dalam satu gerbong kekuasaan. Biarlah PDIP berada di luar sebagai penyeimbang,” pungkas Haidar.
Ia menekankan pentingnya adanya oposisi untuk menjaga keseimbangan kekuasaan demi kesehatan demokrasi dan jalannya pemerintahan yang lebih baik.